mana ibu itu?

“Mana ibu itu?”
“Ibu yang mana?”
“Yang sering memberi kita makanan dari Langit.”
“Oh dia, mungkin sedang ada keperluan.”
“Tapi ini saatnya makan bukan?”
“Harus ditahan sedikit nafsu makanmu itu.”
Kucing-kucing itu kembali tidur, diimpikannya makanan yang bisa terbang jatuh ke dekat kaki-kaki mereka tanpa harus susah-susah mengorek-ngorek di tempat sampah atau mengemis ke manusia yang sombong.
“mungkin ibu itu bukan manusia?” kata seekor kucing suatu ketika.
“karena dia terlalu baik untuk disebut manusia.” Lanjutnya.
“ya, mungkin dia itu malaikat..”
“yang turun ke bumi..”
“khusus untuk memanjakan dan memberi makan kita.”
“ bener!!” teriak yang lainnya.
“tidak mungkin manusia berlaku seperti itu.”
“manusia kan hanya bisa menghardik tanpa bisa memberi.”
“menendang tanpa sedikitpun menyayangi.”
“memukul tanpa belas kasian.”
“yang itu baru manusia!” teriak yang lain.
“nih, lihat lukaku terkena pukulan mereka!”
“lihat birunya mataku terkena sapu mereka!”
“sakitnya kakiku diinjak sepatu mereka!”
para kucing ribut tak karuan, mengadukan keluhan mereka terhadap manusia.
“memang manusia tidak lebih baik daripada anjing!”
“selalu menghardik dan menggonggong ketika kita hampiri.”
“Stt.. salah, bukan mengonggong tapi ngomong!” seekor mengintrupsi
“ah, sama saja, yang jelas kita tidak mengerti apa maknanya!”
“sebenarnya kenapa sih dengan manusia.” Kata seekor yang lain mencoba bijak.
“kita toh hanya sekedar minta sesuap tulang dari mereka.”
“benar tidak lain.” Teriak yang lain.
“atau kadang hanya segumpal daging yang tidak ada artinya dibanding keseluruhan daging yang sudah masuk perut mereka.”
“kita hanya minta hak kita yang diberikan Tuhan lewat tangan-tangan mereka.”
“kalau toh mereka tidak ingin memberi, cukup mengelus kita sambil tersenyum kan?”
“iya!!” teriak yang lain.
Seekor kucing yang dari tadi diam dan sekali-kali ikur berteriak mengiyakan, maju ke depan.
“lalu, apa yang akan kita lakukan?”
ditanya seperti itu semua kucing diam, dan saling berpandangan. Mata mereka sepertinya hendak mengatakan merke tidak bisa apa-apa. Ini takdir untuk mereka.
“kita tidak bisa mewan manusia.”
‘kita tdiak bisa menentang perlakuan senonoh yang telah mereka lakukan.”
“kita juga bahkan tidak bisa membalas lecehan dan ludahan yang sering jatuh pada kita.”
“ya, kita hanya kucing.” Teriak si bijak.
“yang lemah dan tidak berdaya.”
“sedang mereka kuat dan lebih perkasa.”
“lalu?” teriak yang lainnya.
“kita akan tersu diam begini?”
“tidak, kita bisa berusaha.”
“lewat apa sobat?”
“lewat doa.”
“lewat doa yang kita sampaikan langsung ke Tuhan.”
“Hei, tapi Tuhan lebih mendengar doa mereka daripada doa kita!”
“tidak, siapa bilang.” Sanggah yang lain.
“tahu doa kucing yang mati disiksa tuannya dengan tidak diberi makan.”
“dengan doanya dia bisa menghantarkan tuannya ke neraka.”
“bahkan Tuhan pun mendengar doa musuh kita, anjing.”
“bagaimana itu?” teriak yang lain.
“doa anjing yang diselamatkan nyawanya oleh seorang pelancur, menghantarkan pelacur itu ke surga.”
“ berarti itu bermakna..”
“doa kita kan didengar sobat..”
“sekarang mari berdoa semoga manusia dijadikan oleh Tuhan seperti ibu itu..”
“ibu yang memberi kita rejeki Tuhan lewat tangannya yang rapuh.”
“ibu yang bisa mengerti kedudukannya sebagai manusia yang cinta pada sesama makhluk Tuhannya.”
“ibu yang…”
“hei lihat ibu itu sudah datang…”
tiba-tiba Langit dipenuhi tulang yang bertaburan bak bintang di malam hari.




larilah sebelum kebalap!

Komentar

Anonim mengatakan…
Looking for information and found it at this great site... »

Postingan populer dari blog ini

ULANGAN PAI KD I DEMOKRASI DALAM ISLAM SEMESTER GANJIL KELAS XII

SOAL HARI KIAMAT XI IPA