aku kena kangker non!

“kaupun bisa begitu..”
“maksudnya?”
“yah.. ini memang giliranku. Namun suatu ketika nanti kau yang akan rasakan.”
“tak pernah terbayangkan olehku.”
“memang tak usah kau bayangkan. Dia akan datang begitu saja padamu, siap atau tidak.”
“akan sangat mengerikan!”
“tak peduli kau ngeri atau tidak. Dia pasti datang.”
“sudah, jangan pedulikan masa depanku. Saat ini masa depanmu yang paling utama.”
“paling utama gimana? Masing-masing dari kita menganggap utama masa depannya masing-masing. Aku-aku, kau-kau.”
“aku toh saat ini masih sehat, sedang kau…”
“siapa yang bisa predeksi sakit dan penyakit. Sakit bisa datang begitu saja.”
“aku pun tahu itu. Tapi aku merasa masih kuat paling tidak sampai minggu depan.”
“kau meramal nasibmu?! Bagaimana bisa?!”
“apa kau tidak lihat tubuhku yang kuat ini.”
“tubuh kuat yang mana? Kau cuma kumpulan daging yang rawan penyakit dan virus.”
“yah itu pasti, namun tidak untuk saat ini.”
“bahkan kau bisa mati saat ini juga!”
“kok kau malah mendoakan begitu?”
“siapa yang mendoakan, aku hanya mengingatkan. Ajalmu toh kau tak tahu kapan datangnya.”
“nah, karena aku tak tau kapan datang matiku, aku selalu ingin memberi yang terbaik bagi orang lain selama hidupku, termasuk padamu.”
“sedang pada dirimu sendiri kau tak peduli?”
“siapa bilang aku tak peduli pada diriku sendiri dan selalu hanya memperdulikan orang lain? Justru karena aku empati pada orang lain. Empati itu akan kembali padaku.”
“maksudmu?”
“saat aku membantu orang lain, itu sama saja membantu diriku. Saat aku berdoa untuk orang lain dalam kebaikan, sama arti aku berdoa untuk diriku sendiri.”
“lalu..”
“saat aku membantu orang untuk berdiri saat dia jatuh, itu sama artinya mengangkat diriku dari jatuh. Saat aku menyadarkan orang lain dari keliruan, itu sama saja dengan mengingatkan diriku untuk tidak melakukan kekeliruan yang sama.”
“itu bagus. Tapi bagaimana kalau kau sendiri yang jatuh dan orang yang pernah kau tolong tak mau membantumu.”
“hei, membantu tidak mengharap balas! Kalaupun dia tidak membantuku saatku lemah dan jatuh bukan lantas aku sakit hati. Karena amalan yang pernah kulakukan tak pernah kumasukkan dalam hati sebagai amalan abadi. Kalaupun dia lupa akan jasaku hingga tak membantuku tak mengapa. Karena membantu tidak untuk diingat.”
“kalau dia ingat, tapi enggan untuk membalas.”
“balasan bukan dari satu tangan saja, nona. Balasan bisa dari seribu atau sejuta tangan lainnya yang ada di sekitar kita. Dia bisa saja melupakan kita. Tapi amalan kita yang tulus ikhlas sudah dibawa ke Langit untuk disebarkan kembali ke seluruh penghuni dunia.”
“maaf, tapi kalau ternyata tetap tak ada dari sesuilpun penghuni dunia membantumu saat itu?”
“aku akan tertawa.”
“loh kok gitu?”
“karena janji Allah tertepati untuk tidak membalas amalan hambaNya hanya di dunia. Tapi juga di akhirat sana.”
“lalu masalah jatuhmu?”
“kenapa harus sulit-sulit mempersalahkan jatuh? Kita toh bisa bangkit sendiri tanpa bantuan orang lain. Kenapa sulit-sulit menghubungkan antara jatuh dengan dibalas jasa atau tidak. Kenapa sulit-sulit menghubungkan jatuh dengan kemauan kita untuk membantu orang lain.”
“kan asyik bila setelah membantu, langsung dapat balasannya.”
“itu kalau perhitungan kita mirip penjual. Harus ada untung rugi.”
“Tidak salah juga bukan bila ada harapan itu?”
“tidak salah memang. Yang salah adalah menjadikannya sebagai tujuan utama dan satu-satunya. Tak perlu tau dia mau bantu dan balas jasa kita atau tidak.”
“oke terima kasih atas bantuanmu.”
“jadi?”
“ya jadi..”
“kau jadi?”
“ya, aku jadi..”
“jadi apa?”
“jadi yang kau mau..”
“memang apa mauku..”
“kau kan sudah mengucapkannya tadi.”
“kau tidak lupa?”
“tak akan kulupa.”
“apa coba?”
“kau mau mencoba ingatanku?”
“boleh kan, Non kalau cuma mencoba?”
“boleh saja.”
“so..”
“so aku akan operasi.”
“bener!!”
“bener!”
“suer!!”
“suer!”
“gak boong. Mau janji?!”
“gak boong, tapi gak mau janji..”
“yah kok gitu.”
“kecewa ya, marah nih.. udah ngerasa ngurusin gua!”
“kok jadi omongannya Damar, Non?”
“oke-oke cuma becanda kok. Oke aku janji!”
“janji mau o-p-e-r-a-s-i?!”
“janji.. tapi..”
“kok ada tapinya.. apa itu?”
“tapi jadinya ba’da ujian!”
“yah.. kirain mau sekarang! Sama aja boong donk usahaku..”
“kok jadi lupa?”
“lupa sama apa?”
“omonganmu sendiri. Nolong orang gak peduli diterima apa nggak. Dibalas apa kagak?”
“oh ya... tapi..”
“kok ada tapinya juga?”
“bolehkan kusampaikan curhatku.”
“so pasti. Kau telah banyak membantuku. Katakan saja..”
“aku kena kangker, Non!”
“Whattt!!!???”
larilah sebelum kebalap!

Komentar

Anonim mengatakan…
Magnificent web site. Lots of useful info here.
I am sending it to some pals ans additionally sharing in
delicious. And certainly, thanks on your sweat!


Feel free to visit my page: symbol barcode reader
Anonim mengatakan…
I do consider all of the ideas you have offered on your post.

They're very convincing and will certainly work. Still, the posts are very quick for starters. May you please lengthen them a bit from subsequent time? Thank you for the post.

Also visit my page - barcode scanner repair

Postingan populer dari blog ini

ULANGAN PAI KD I DEMOKRASI DALAM ISLAM SEMESTER GANJIL KELAS XII

SOAL HARI KIAMAT XI IPA