Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2008

Maryamah Kapau

Menjadi seorang gadis yang tidak lagi muda, membuat Maryamah Kapau gelisah. Gadis paruh baya berumur 30 tahun ini terlihat gundah. Kesendiriannya hingga hari ini membuatnya nestapa. Hampir saja ia gila. Untung saja tidak. Ia masih bisa menghibur diri dengan banyaknya pengunjung di warung makan nasi Kapau milik Engkongnya. Namun tetep aja, kalo warung lagi sepi, ia kembali memikirkan nasibnya. Berupaya keras ia mencoba menahan rasa kesepiannya itu. Maryamah Kapau pun sering mencoba mengajak ayam goreng sambal atau telur dadarnya berbicara. Namun tentu saja mereka diam membisu. “Imah, bengong mulu... kesambet jin ayam baru tau rasa!” Engkong Pi’in mengagetkannya, membuat Maryamah Kapau tersentak dan buru-buru menceburkan wajahnya ke mangkok penuh semur jengkol. “Aduh, engkong! Ngagetin aja... rasanya kayak jengkol, Kong.” Sentak Imah alias Maryamah Kapau sambil buru-buru mengelap wajahnya yang berlumuran darah jengkol. Hehe, sadis amat. “Ya terang aje, elu kan kecebur gulai jengkol. Elu

Yang Muda, Yang Bersuka

Bulettin Fatawa Batam Edisi 3 tahun I, 2008-11-28 Darah muda, darahnya para remaja. Yang selalu merasa gagah tak pernah mau mengalah. Masa muda masa yang yang berapi, maunya menang sendiri, walau salah tak mau peduli. Darah muda. (Darah Muda- H. Rhoma Irama) Mungkin beberapa tahun silam, kita akan terkaget-kaget dan terheran-heran bukan kepalang ketika mendengar berita aborsi yang dilakukan oleh seorang wanita paruh baya. Kita akan menganggapnya sebagai perbuatan kotor, jahat dan tidak berperikemanusiaan. Pelakunya wajib dihukum yang seberat-beratnya. Namun belakangan ini aborsi, bahkan bila pelakunya (masih) anak SMU akan terasa biasa. Bagaimana tidak, kita mendengarnya di radio, kita melihatnya di TV, kita membacanya di koran. Anak-anak muda yang masih bersekolah itu tega membunuh anaknya sendiri. Membuangnya di tempat sampah, melemparnya ke sungai. Mungkin juga beberapa tahun silam, pembunuhan oleh seorang pemuda serasa jarang terdengar. Pelakunya akan didenda ‘dosa besar’, kucilan

Kok Nikah, Syekh Puji?

Bulettin Fatawa Batam edisi ke-2 Bulettin Pencerah Umat Tak terasa sudah hari jum’at lagi. Padahal ingatkah kita sepertinya baru kemaren kita sholat jum’at? Singkat sekali seminggu berlalu? Betapa cepat rasanya waktu berjalan tanpa pernah kita bisa rasakan indah dan nikmatnya. Sebagian waktu berlalu begitu saja. Membuat kita begitu terlena, waktu penjemputan akan segera tiba. Akankah kita siap menghadapinya? Waktu yang telah berlalupun masih banyak tanda tanya. Apa saja yang telah kita lakukan? Apa saja yang telah orang lain lakukan? Apa saja yang telah terjadi di dunia? Apakah padi masih bisa dibuat nasi? Apakah monyet masih suka makan pisang? Sebagian kejadian yang ada dan telah berlaku di sekitar kita dan dunia, ada yang kita lewati bagai angin lalu. Dan ada yang dapat perhatian kita, entah sejumput, entah penuh sebulat biji mata. Yang paling menghebohkan mungkin kejadian pernikahan seorang ustadz nyetrik di Semarang dengan gadis mungil di bawa umur. Ya, pernikahan Syech pujiono den
Gambar
Yang, I Lop U

Susu Kedelai Mak Nyus

Dalam hidupnya manusia pasti akan mengalami kebahagiaan dan penderitaan. Pasang surut. Kadang bahagia kadang sengsara. Kadang mudah rejekinya, kadang seret luar biasa. Dalam hidupku yang menginjak-injak 24 taon ini aku hampir udah ngalamin semua. Emang baru hampir, karena pasti di taon-taon ke depan bakal ada yang lebih heboh dan seru akan menimpa. Entah itu berupa kebaikan ataupun keburukan. I hope untuk selanjutnya, jalan makin lempang, solusi makin bermunculan, rejeki makin membanjiri Jakarta :) dan selalu dijauhi masalah. Sudah cukup aq dijauhi wanita, lebih baik dijauhi masalah aja. Hehe. Kalopun ada hambatan dan halangan aq pengen dapet menyelesaikannya dengan baek-baek, melewatinya dengan lapang dada, memikirkannya baik-baik dengan jernih pikiran dan perut kenyang, hehe. Pokoke hidup tenang waelah. Sebenernya kalo diilustrsi kebelakang, banyak harapan yang udah kesampaian. Dari kesempatan bisa kuliah di luar negeri, membojo dengan someone spesial (pake telor), calon ayah yang ba

Ustadz By Request

Dulu cita-citaku jadi seorang dokter yang ga pernah buka praktik di rumah ato RS. aku akan datang ke rumah si sakit atau langsung menuju sasaran. Bukan aku yang dicari pasien tapi aku yang akan mencari mereka. Walo sampe ke ujung-ujung gang, pulau kecil atau di bawah jalan layang. Aku akan mengabdi dengan mereka memberikan seluruh ilmuku yang ada. Bahkan mungkin menyuntik tepat di pantat mereka bila diperlukan. Sekarang karena sedikit kecelakaan fatal (sedikit kok fatal?), aku jadi ustadz (kata orang) bukan karena aku sendiri yang mengatakan dan menyebutnya. Tapi lebih karena jika ada orang bertemu denganku merke akan berkata, "Hi, Ustadz, what's Up Man?" Atau bila anak didikku datang menghampiri akan mencium tanganku dan berucap salam."mlekum, tadz minta duit dunk!" Dan seperti rencaku sebagai seorang dokter, akulah yang akan mendatangi mereka, seperti para pendeta yang mendatangi para dombanya. Aku yang akan datang ke rumah mereka, surau mereka yang akan roboh

Salahnya Syekh Puji Ngaku

yup, salahnya syekh Puji ngaku dia menikahi anak 12 taon. Kalo dia ga ngaku pasti ga ada masalah. salahnya Syekh Puji ngaku kalo yang dinikahi masih 12 taon. Kalo aja umurnya dinaekin dikit misalnya jadi 16 mungkin ga masalah. Salahnya Syekh Puji ngaku sebagai Syekh (lha wonk Syekh kok diaku-akuin sendiri) kalo aja dia ngakunya sebagai petani pasti ga jadi masalah. Salahnya Syekh Puji ngaku jadi kyai di salah satu pesantren kalo aja dia ngakunya sebagai pendeta mungkin ga ada yang percaya (kalo pendeta bisa nikah) :) salahnya Syekh puji ngaku di infotainment coba kalo ngakunya di sekilas info pasti dimarahin RCTI Salahnya Syekh Puji ngaku benar atas tindakannya, coba dia ngakunya salah pasti udah ga jadi masalah (tapi diem2 masih trus nikah) Salahnya Syekh Puji ngaku pengen nikahin anak kecil lagi umur 7 dan 9 taon. Kalo aja dia ngaku mau nikahin janda tua mungkin masalahnya akan lain. Salahnya Syekh Puji seorang Ustadz yang punya brangkas di depan rumahnya. Kalo aja isi brangkasnya di