cewek vs cowok

CE VS CO
Ce: Kenapa kau menatapku seperti itu?
Kenapa kau berkata dengan nada itu?
Kenapa kau sering tersenyum padaku?
Kenapa kau mau membantuku?
Kenapa kadang smsmu datang padaku?
Kenapa?
Co; Sebenarnya masalahnya sepele, aku cinta kau.
Ce: Itu saja, tidak ada yang lain?
Co: Apalagi ya, oh ya karena aku sayang padamu. Aku rindu padamu bila tak bertemu, maka aku sms kamu untuk sekedar bertanya apa kabarmu.
Ce: Lalu senyumanmu…
Co: Tidak tau, bibirku menyunggingkan senyum begitu saja bila ada dirimu.
Ce: Lalu tatapan matamu yang begitu menusuk hatiku…
Co: Tidak tau, tiba-tiba mataku bisa seperti itu saat melihat dirimu…
Ce: Lalu nada bicaramu yang seakan menggodaku…
Co: Aku juga tak tahu, seketika lidahku berlaku seperti itu saat bersama denganmu.
Ce: Lalu apa maksudmu membantuku.
Co: Aku pun tak tau, tanganku jadi amat ringan dan seakan tidak ingin melihatmu berat.
Ce: Tapi semua itu sangat mengganguku.
Co: Tapi itu semua sangat membantuku..
Ce: Hei, kau melanggar hakku!
Co: Aku hanya ingin melaksanakan kewajibanku.
Ce: Kewajiban apa?
Co: Kewajiban telah mencintaimu.
Ce: Tidak bisakah kau ungkapkan cintamu dengan cara lain?
Co: Aku tidak tau ada cara lain selain itu semua.
Ce: Misalnya dengan diam..
Co: Cinta terdiam?
Ce: Ya, cinta tak musti harus bicara dan berbuat kan. Bisa sekedar diam di tempat.
Co: Dan tak melakukan apa-apa? Bagaimana bisa dikatakan itu cinta?
Ce: Memangnya kau mengerti arti cinta sebenarnya?
Co: Tidak tau, namun aku percaya inilah cinta.
Ce: Siapa yang mengatakan hal itu padamu?
Co: Hatiku..
Ce: Hatimu juga yang mengatakan kau harus berlaku semua itu padaku.
Co: Mungkin, tapi ada bisikan juga dari atas.
Ce: Siapa?
Co: Otak.
Ce: Jadi hati dan otakmu bekerjasama untuk mengerjai aku!
Co: Bukan cuma hati dan otakku, tapi seluruh jaringan tubuhku berkata seperti itu. Tapi ingat bukan untuk mengerjaimu, tapi mencintaimu.
Ce: Tidak adakah yang lebih besar di dalam dirimu kecuali cinta.
Co: Memang ada yang lebih besar daripada cinta?
Ce: Allah
Co: Allah pun mengajarkan cinta pada kita, mau dalilnya?
Ce: Tidak perlu, aku sudah tau. Lalu bagaimana dengan Rasulullah SAW?
Co: Begitu juga dengan Beliau, mau juga dalilnya?
Ce: Tidak usah, kau membuatku kesal.
Co: Kita tidak perlu kesal kalau sudah punya cinta.
Ce: Kau tidak takut aku bakal marah padamu atas segala sikap yang telah kau lakukan?
Co: Tidak ada takut kalau sudah punya cinta.
Ce: Kau tidak benci saat aku menolak cintamu?
Co: Tidak ada benci kalau sudah punya cinta.
Ce: Kau tidak menyesal bila cintamu nanti mentok?
Co: Toh aku sudah berusaha mencinta, gagal atau tidak bukan hitunganku.
Ce: So, apa yang terjadi bila aku menerima cintamu?
Co: Mungkin senyumanku akan semakin melebar... hehe
Ce: Itu saja?
Co: Kan sudah kukatakan, cinta hanya perlu mencinta dengan segenap jiwa. Tidak perlu lihat hasilnya cinta diterima atau tidak. Diterima Alhamdulillah ditolak juga Alhamdulillah.
Ce: Oke cukup, sebenarnya apa yang membuatmu cinta padaku?
Co: Wajahmu yang proporsional dan sesuai dengan tipeku.
Ce: Gila kau! Masak kau lihat wajah sebagai pilihan utama.
Co: Pilihan pembuka maksudku, setelah itu akan menjalar.
Ce: Menjalar kemana?
Co: Ke tubuhmu yang lain.
Ce: Pikiranmu kotor.
Co: Siapa yang pikirannya kotor? Justru ini sejernihnya pikiran cowok.
Ce: Begitukah, jadi cewek hanya berharga dari wajah belaka.
Co: Kau tidak akan paham, sebab kau bukan cowok. Wajah itu pertanda semua jiwa. Dari wajah akan terpancar sinar hati, sinar diri. Di wajah yang redup akan menampakkan jiwa dan hati yang redup pula. Di wajah yang bersinar cerah itu pertanda hati dan jiwa juga bersinar cerah.
Ce: Dari mana cowok mendapat kesimpulan seperti itu?
Co: Dari hati mereka.
Ce: Dasar cowok! Lalu kalian ikuti saja kata hati itu?
Co: Mengikuti hati itu pilihan yang tidak dapat ditolak. Kau bisa menolak kata otak karena otak sering berkolaborasi dengan hawa nafsu untuk menggelincirkan kita. Namun hati, dia selalu bersih dari nafsu.
Ce: Lalu pada hati yang kotor karena maksiat?
Co: Suruh siapa dia maksiat dan mematikan hatinya?
Ce: Namun kalau keadaannya seperti itu, dan hatinya mati.
Co: Hidupkan dulu hatinya, bersihkan lalu dengarkan lagi apa katanya.
Ce: Berarti otak dan hati itu sama-sama bisa terkena nafsu?
Co: Pintar kamu, itulah salah satu pilihan kenapa aku pilih cintaku padamu. Namun sebenarnya hati sekotor apapun, masih memberikan pilihan yang bersih. Itu tidak berlaku pada otak.
Ce: Cukup, kata-katamu begitu panjang mendayu-dayu..
Co: Alhamdulillah itulah sebagian karunia Allah yang diberikan padaku.
Ce: Aku menyerah, kau katakan dari awal kau mencintaiku. Tapi kenapa tidak dari dulu kau melamarku dan menjadikan aku istrimu.
Co: Cinta tidak perlu menjadi suami istri.
Ce: Bagaimana itu, bukankah ini sunnah Nabimu-Nabiku?
Co: Benar itu, namun tidak selamanya begitu.
Ce: Maksudnya?
Co: Kita bisa saja mencinta tanpa harus punya hubungan khusus.
Ce: Lalu bagaimana penyaluran cintamu? Nanti jangan-jangan pakai jalan yang dilarang agama?
Co: Pacaran, berzina, kawin lari, kawin sirri? Itu cuma perbuatan anak kecil yang tidak tau tanggungjawab.
Ce: Lalu?
Co: Lalu, bingung. Aku juga bingung. Cinta hadir tanpa diminta, datang begitu saja. Hati ini bisa menerima, tapi kita dibatasi cita. Apa cita kamu, apa cita aku?
Ce: Apa maksudmu, aku tak paham?
Co: Aku juga tak paham. Haha.. kita serasi!
Ce: Enak saja kau bilang!
Co: Ok begini, kita mau baik mencinta, tanpa membuat dosa kan? Cinta sudah datang membara tapi jalannya masih tertutup rapat oleh Yang Kuasa.
Ce: Bagiku, menikah masih menjadi satu-satunya jalan yang paling aman untuk menghubungi cinta dua insan manusia.
Co: Itu bagi yang jalannya sudah terbuka. Namun bagi yang masih terhalang orang tua dan qodar dari Yang Kuasa?
Ce: Ya, yang sabar donk!
Co: Sabar itu sudah pasti, namun sampai kapan kesabaran itu akan terus ada, itu yang jadi pertanyaan.
Ce: Orang tua juga tidak bisa disalahkan karena yang mereka maui adalah yang terbaik untuk kita. Mereka tidak ingin masa depan anaknya kacau.
Co: Padahal perkiraan masa depan itu tidak ada yang tau. Dan memilih seseorang dalam hidupnya itu juga jalan menuju masa depan.
Ce: Kalau ternyata yang terjadi malah aib. Yang luka juga orang tua.
Co: Mengurus cinta juga sebenarnya salah satu bagian penting untuk melihat masa depan. Kalau dalam masalah cinta saja sudah terpeleset. Masa depannya akan kacau.
Ce: Kok bisa begitu?
Co: Bayangkan kalau misalnya gara-gara cinta, malah berzina apa yang akan terjadi berikutnya?
Ce: Hidupnya akan hancur, masa depan akan kabur.
Ce: Tapi kenapa pikiranmu cinta identik dengan berzina?
Co: Sebenarnya bisa sekedar pacaran. Namun apa lebih baiknya pacaran dari berzina. Bukankah itu zina perlahan-lahan. Apa nikmatnya setiap hari bertemu, membikin janji, de el-el
Ce: Pasti akan bosan.
Co: Sip, pikiran kita sudah sejalan. Itu bagus..
Ce: Enak saja! So apa langkahmu disini?
Co: Mungkin meneruskan yang dahulu.
Ce: Apa! Aku sudah bosan dengan senyumanmu, tatapanmu, smsmu, tawaran bantuanmu...
Co: Mungkin akan kuperjarang. Biar kau rindu menungguku kalau tidak datang.
Ce: Tidak akan!
Co: ok! Memang kuakui aku juga salah mengambil jalan itu. Maafkan. Memang seharusnya aku tidak berlaku seperti itu. Karena itu akan mengganggumu. Tidak akan kuulang. Aku janji. Bahkan sampai aku resmi jadi suamimu.
Ce: Eh, apa maksudmu?
Co: Insya Allah hari ini aku selesai lamar kamu. Besok kita sudah bisa menikah.
Ce: Secepat itu kah?
Co: Memang kenapa, bukankah ini bisa dikatakan kitbahku padamu.
Ce: Kitbah bagaimana?
Co: Hei apa kau pikir kita ini sekarang sedang mojok berdua saja! Kau lupa bahwa disampingmu ada orang tuamu. Dan disampingku ada orang tuaku? Haha..
Ce: Masya Allah! Bukankah ini sedang acara kitbahmu dengan orangtuaku?
Co: Jadi, kau setuju kan dengan lamaranku ini?
Ce:............ (terdiam tapi tersenyum)



larilah sebelum kebalap!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ULANGAN PAI KD I DEMOKRASI DALAM ISLAM SEMESTER GANJIL KELAS XII

SOAL HARI KIAMAT XI IPA