MAD ABOUT YOU

Yang, aku khawatir sama kamu. Kalau kamu tak di sisiku, aku takut selamanya kau tak lagi di sisiku. Yang, aku khawatir saat kamu keluar rumah, kamu akan melihat yang lebih oke dan ganteng dari aku. Dan kamu akan tinggalkan aku.Yang, aku khawatir saat kamu melihat orang yang lebih pintar dari aku, kamu akan tinggalkan aku untuk memilihnya.Yang, aku takut saat kamu keluar rumah, bertemu orang di bis yang lebih keren dari aku, kamu akan tinggalkan aku.Yang, aku takut saat kamu kumpul di wisma, ada pembicara yang menarik perhatianmu dan kamu akan tinggalkan aku.Yang, aku takut saat kamu ikut organisasi, ada orang yang gape ngurus, trus kamu ngelirik dia dan tinggalkan aku.Yang, aku takut saat kamu kumpul di Sholah Kamil, salah satu panitianya memancingmu untuk berkenalan, dan kamu akan tinggalkan aku.Yang, aku takut saat kamu di antar orang ke Atabah, kamu bakal punya perasaan lebih padanya dan tinggalkan aku.Yang, aku takut saat kamu keluar sendirian malam-malam, sedang orang Mesir membuntutimu dari belakang.. Dan kamu...Yang, aku khawatir melihat senyummu, saat ada cowok lain melirikmu.Yang, aku khawatir melihat tawamu, saat seorang cowok titip salam buatmu.Yang, aku khawatir melihat kerjapan takjub matamu, saat senior yang kamu idolakan menawarkan pulpennya padamu.Yang, aku khawatir melihatmu ikut pariwisata dengan orang lain, dan kamu akan tinggalkan aku.Yang, aku takut sebuah sms membuyarkan harapanku padamu. No sms lagi.Yang, aku takut telponku semalam membuatmu marah padaku. No telpon lagi.Yang, aku takut surat-suratku malah membuatmu benci padaku. No surat lagi. Tapi Yang, apa lagi yang bisa kukhawatirkan padamu. Kamu belum sah milikku. Kamu bebas berjalan-memilih-tertawa-bercanda-menangis dengan orang lain. Tapi Yang, apa lagi yang bisa kukhawatirkan padamu. Kamu belum milkku seutuhnya. Kamu bebas bergaul-berbicara-berorganisasi-berekreasi dengan siapa saja kamu mau. Tapi Yang, apa lagi yang bisa aku khawatirkan padamu. Toh, aku belum melamarmu. Kamu bebas berteriak-makan-berjalan-diantar oleh siapa saja yang kamu mau. Tapi Yang, apa lagi yang bisa aku khawatirkan padamu. Toh, aku belum berani mengutarakan perasaanku pada ortumu. Kamu bebas berlari-naik bis-menyukai orang yang kamu suka. Tapi Yang, apa lagi yang bisa aku khawatirkan padamu. Toh, di jarimu belum ada cincin pernikahan dariku. Kamu bebas melihat-melirik-bahkan melotot pada siapa yang kamu suka.Yang, apa lagi yang patut aku khawatirkan padamu. Aku bukan apa-apa kamu. Aku hanya manusia seperti manusia yang lain di sekitarmu. Dimana hakku sama dengan yang laen. Yang, sukakah dirimu ku khawatirkan? Jangan-jangan kamu malah marah padaku. Dan menganggapku telalu repot untuk mencampuri setiap urusanmu.Yang, apa lagi yang bisa kukhawatirkan padamu. Bila ternyata alasan yang ada untuk membuatku khawatir padamu terlalu mengada-ada. Yang, apa lagi yang mampu aku khawatirkan padamu. Kalau saja semua yang kukhawatirkan ini tak pernah bisa terjadi padamu. Yang, apakah kamu juga khawatir padaku? (kuberharap itu...)Yang, ortuku bilang, mereka sangat khawatir padaku, mencemaskanku, memikirkanku. Salahkan aku bila aku berlaku demikian padamu? Yang, ortuku sering menanyakan bagaimana kabarku hari ini. Apa saja yang aku kerjakan hari ini, makanan apa saja yang aku makan. Salahkan aku bertanya demikian juga padamu? Yang, ortuku selalu bertanya apakah aku betah disini, bisa tidak mengikuti pelajarannya, cocok gak dengan cuacanya. Bolehkan aku bertanya sama denganmu?Yang, aku tak tau kekhawatiranku ini membuatmu merasa terikat kuat padaku, sehingga kamu tak bebas melakukan apa yang kamu mau. Yang, aku tak tahu apa lagi yang harus aku katakan untuk mengeluarkan seluruh kekhawatiranku padamu yang setinggi gunung dan sedalam samudra.Yang, lidahku tercekat, tak mampu lagi aku berkata. Udah aja ya... Aku yang mengkhawatirkanmu dengan segenap jiwaku. Itu di atas adalah surat yang kutemukan di gudang bawah tanahku. Surat itu tersimpan rapi di kotak kayu berukiran kaligrafi arab yang indah bertuliskan, “Anni bahibak enta awi-awi”. Surat itu milik kakekku yang sudah meninggal dunia sehari setelah istrinya yang tercinta mangkat terlebih dahulu ke Yang Maha Kuasa. Kecintaannya yang besar terhadap istrinya yang membuat pamanku seakan enggan hidup lebih lama. Kecintaan beliau pada nenek yang begitu besar pulalah yang membuatnya dulu-50 tahun-yang lalu menulis surat itu buat nenek. Namun Kau tahu, sampai nenek meninggal, surat itu belum juga diserahkan kakek. Kakek lebih memilih diam dan mengamalkan apa yang beliau rasakan dengan perbuatan. Semampunya, sekuatnya Ketika surat itu tersimpan rapi di almarinya, tangan, kaki dan seluruh anggota tubuh kakek bergerak untuk mewujudkan apa yang terbaik buat pujaannya. Jiwanya selalu bersemangat untuk terus bekerja mencari nafkah untuk membiayai keluarga. Kakek memang hebat. Beliau tidak hanya bisa sekedar menulis yang terbaik buat jatung hatinya, tetapi mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari. Kakek tak butuh seberapa besar nenek tahu tentang perasaan hatinya. Tapi nenek akan langsung tau dari gerakan tubuh kakek, bahwa kakek sangat mencintainya. Kakek dulu cerita, nenek adalah adik kelasnya yang menawan hatinya. Hati kakek yang sudah lama kosong terisi berkat kehadirannya. Setelah itu hari-hari kakek bercahaya penuh semangat yang membara. Kakek langsung ingin melamarnya, karena kakek tahu memakai cara klasik pacaran hanya akan membikin dosa. Tapi kakek masih harus sekolah. Al-Azhar, sekolah kakek sangat sulit untuk lulus, jadi kakek harus berpikir panjang untuk berumah tangga. Karena akan membikin pikiran bercabang ke dua arah yang berbeda. Akhirnya rasa yang sudah sangat berat untuk disimpan, ditutup dan digembok kuat. Biarlah waktu yang akan menjawab. Kakek selalu berdoa, “Ya Allah, kalau memang aslah dia (nenek) jadi pasangan hidupku, maka kuatkan aku sampai waktu lulusku, hilangkan pikiranku yang merusak studyku, mudahkan aku ya Allah...” doanya memelas tapi khusu’. Pertama, kata kakek, menahan rasa cinta itu berat, sangat berat. Makan tak enak, tidur tak nyenyak. Melebihi kalo ada ‘tinggi’. Tapi lama-kelamaan ada rasa baru muncul, ketenangan. Belajar jadi mudah, makan jadi enak, tidur jadi nyenyak. Apalagi setelah kakek dapet minhah di WAMY yang lumayan besar jumlahnya. Hidup serasa hidup. Kakek tahu dan kakek sadar, ini semua adalah buahnya melawan hawa nafsu untuk tidak buru2.Akhirnya kakek lulus dengan nilai baik, ia sangat gembira, ortu kakek juga gembira. Keinginan dan harapan mereka untuk melihat anaknya lulus terwujud. Impas sudah perjuangan dan pengorbanan kakek dan keluarga yang ditinggalkan. Wisuda digelar, kakek dengan bangga maju menerima piagam dengan predikat mumtaz. Sementara di pojok, di barisan akhwat, sepasang mata indah bola pingpong (Iwan Fals) terus menatap kakek. Tak berkedip (godhul bashor!!). Tatapannya begitu dalam dan syahdu. Hatinya penuh kegembiraan tak terkira, ternyata pujaan hatinya bisa lulus dengan nilai mumtaz. Hatinya senang karena kakek tak seperti yang lain, yang selama ini mengejar-ngejarnya kesana kemari. Mengiriminya surat, salam, foto, e-mail dan macam-macam yang lain. Nenek senang karena kakek tak seperti yang lain, ketika ada rasa, langsung diungkapkan tak karuan. Terburu-buru bilang “I love You”. Nenek tau benar, dari awal dia datang di Kairo, kakek ada perasaan padanya, dan sebenarnya tanpa sepengetahuan kakek, nenek juga punya perasaan yang sama. Namun sama, perasaan itu dipendamnya dalam karena belum waktunya untuk diungkapkan. Tapi kini keadaan sudah siap. Nenek menarik napas ringan, dalam hatinya membathin “aku akan membaktikan diriku padamu, wahai pujaanku..” Hoi.. Bacanya serius amat! Nyante aja lagi. Sekarang, bolehkah aku bicara.. Walau hanya beberapa patah kata.. Dan maaf kalau tak tersusun sempurna... Ini karena aku bukan pujangga.. Namun aku harap semua ini ada artinya.. Untuk kita semua.. mahasiswi-wa yang hidup di Cairo tercinta..yang sedang belajar mencari ilmu agama... Lallalala.. Allah SWT berfirman. “Pada hari ketika manusia lari dari saudara-saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkan (dirinya masing-masing)” surat ‘Abasa 34-37. Dapatkah kau bayangkan? Hari itu kita diminta pertanggungjawaban. Kamu ya kamu, dia ya dia. Tak ada lagi persaudaraan, hubungan darah, percintaan, pernikahan... Semuanya sibuk bertanggungjawab. Kalau kau baik, surga kau dapet. Kalau kau jelek.. Rosib deh kau.. Neraka (iiy..) ngeri bow! Eh kayaknya kamu ngebet banget pengen buat keluarga sakinah ya? Kan kamu pasti kebayang terus ama siapa pasanganmu, ciri-cirinya, trus sama apa yang kan terjadi kalo emang udah jadian (nikah) beneran. Ayo ngaku aja! Yang kamu tulis di buku agenda itu apa? Wah padahal belajar kita belum rampung. Belum selesai. Tapi udah pengen..... Makanya kamu banyak khawatir terhadap orang yang kamu incar atau yang kamu anggap dia bakalan jadi ama kamu. Padahal nggak terjadi apa-apa ama die. Tapi bawaan kamu udah curiga, takut, was-was, cemburu, wuh banyak deh.. Apa lagi yang lain? Padahal apa sih yang patut kamu khawatirkan. Calonmu pasti udah dewasa kan? Kecuali kalo kamu naksir balita, tapi mosok sih? Nah karena udah dewasa, serahin aja ama dia. Gimana hidupnya, biar dia sendiri yang urus. Kamu nggak perlu turut campur. Kecuali kalo dia butuh bantuan. Itu aja harus ada koredor yang jelas menurut islam. Yang kamu harus lakukan sekarang adalah belajar yang bener. Dan siap-siap lahir batin (musti sering olahraga nih) untuk minang atau dipinang dia.. Gimana, siap?
larilah sebelum kebalap!

Komentar

Anonim mengatakan…
Looking for information and found it at this great site... »

Postingan populer dari blog ini

ULANGAN PAI KD I DEMOKRASI DALAM ISLAM SEMESTER GANJIL KELAS XII

SOAL HARI KIAMAT XI IPA