Beauty and the Beast

Kulit Joko tak seputih Sinta, jelas karena Joko orang Jawa asli. Sedang Sinta bersuku sunda yang terkenal keputihan kulitnya. Joko juga suka berjemur di sawah membantu ortunya mengelola sawah. Hingga kadang berkubang di lumpur dengan John, sapi kesayangannya. Atau berenang di kali nan jernih, sejernih kasih ibu. Ibu sapa? Ibu dari kambing-kambingnya lah yau! Sebenernya (kita jujur nih ya) Joko dan Sinta itu bukan tetangga. Joko tinggal di desa sementara Sinta tinggal di kota. Joko anak seorang petani yang mengerjakan sawah milik orang lain sementara Sinta itu anak pemilik ribuan hektar kebun teh di Puncak sana. Joko dan Sinta juga bukan sodara kembar. Ortunya juga bukan sodara jauh apalagi sodara dekat, ya terang aja kulitnya beda. Jadi gak perlu tanya lagi ya..
Tapi walau gitu, mereka berdua punya tautan hati yang dalam. Sedalam lautan yang dalam. Kalau lautan gak dalam, namanya bukan lautan. Paling juga sumur. Atawa lubang galian. Tul kan?
Nah karena kedalamannya, jadi gak keliatan apa yang ada di dalamnya. Karena gak keliatan apa-apa, berarti gak jelas. Karena gak jelas, maka tidak kami bicarain disini. Ntar takut salah. Berarti.. ya bicarain yang lainnya aja. Gak papa gak mama kan?
Sekedar bocoran aja keduanya orang Islam. Entah bener atau nggak, yang jelas KTP mereka menyatakan seperti itu. Gak percaya? Coba aja tanya sendiri sama mereka. (gimana caranya?) Daripada bingung, percaya aja ama kita ya. Nah, karena keduanya adalah muslim, maka mereka punya tautan hati yang kuat. Muslim adalah sodara muslim yang laen kan?
“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka adalah penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar. Mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha bijaksana. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mu’min laki-laki maupun perempuan (akan mendapat) surga, kekal mereka di dalamnya. Dan mendapat tempat-tempat bagus di surga Adn. Dan keridhoan Allah adalah lebih besar. Itu adalah keberuntungan yang besar. (AtTaubah 71-72).
Tapi muslim sekarang susah diliat dari luarnya. Kenapa? Ini alasan-alasannya. Kok orang Islam mencuri? Kok orang islam korupsi? Kok orang islam berzina? Kok orang islam berbohong? Katanya semua itu dilarang dalam Islam! Why? Kenapa? How?
Sama seperti kalo kamu bilang bahwa kamu orang islam. Kamu muslim. Kemudian ada yang tanya, apa yang menyebabkan kamu muslim. Kenapa kamu bisa menyebut dirimu orang muslim. KTP? Peci? Jilbab? Ortu? Masuknya kamu ke masjid? Sholat, shoum, zakat, haji?
Muslim itu berkaitan pada semua gerakan kita dalam kehidupan ini. Dalam setiap kegiatan ini. Tunduk pada semua aturan Islam. Atau apakah cukup berislam dengan syahadatain saja? Tanpa yang laen? Atau sholat 5 waktu saja tanpa yang laen? Apa orang Islam dilihat dari sekolahnya dia di lembaga Islam (ex. Azhar)? Atau karena sering membaca buku-buku Islam? Atau paham di luar kepala qoidah hukum-hukum Islam? Itukah Islam? Itukah muslim?
Apakah Islam itu? Apakah Muslim itu? Kenapa ada slogan, “Jangan salahkan Islam tapi salahkan Muslim! Jangan salahkan ajaran Islam yang sudah kamil. Tapi salahkan umatnya (muslim) yang tidak melaksanakan ajarannya dengan baik. Salahkan muslim yang masih memilih-milih ibadah dan ajaran yang akan dilaksanakan!”
Kita selalu mengecap diri kita adalah muslim sejati. Atau paling tidak, kita adalah muslim. Tapi kita pengen tanya muslim yang bagaimana? Muslim dengan akidah yang bener? Muslim dengan ibadah yang bener dan kontiyu? Muslim yang menjaga akhlaknya? Atau muslim Kanagisawa? Eh apa itu?
Tahukah kamu sebenernya Allah SWT itu? Tahukah kamu sebenernya Rasulullah SAW itu? Tahukah kamu agamamu itu? Tahukah kamu kitab sucimu itu? Ingat ntar di kubur kita akan ditanya. Kita akan dites kita akan di-imtihan! Pertanyaannya sih gampang, tapi jawabannya sangat sulit!
Sama seperti kalo kita bilang “nama saya Ahmad” trus ada yang bilang, ”boong! Kamu bukan Ahmad!” Kamu pasti akan membela diri, “baik akan saya buktikan bahwa saya adalah Ahmad! Liat hidung saya mancung, liat rambut saya hitam belah tengah. Liat tinggi saya 172 cm. Bukankah itu yang namanya Ahmad.” Maka bagi yang udah ngerti Ahmad sebelumnya akan segera bilang, “ya, bener kamu Ahmad, saya gak ragu lagi.” Gak di pertanyakan lagi.
Sama dengan contoh laen. Kamu anak fakultas Syariah ya? Coba kamu tau hukumnya sholat tanpa berwudhu? Maka kalo kamu bener-bener anak Syariah, kamu bakal tau hal itu tanpa berpikir panjang lagi.
Tapi ternyata, kenyataan di kuburan nanti gak semudah yang kita bayangkan sekarang ini. Ada yang cuma bilang “Ha..ha la adri? Sami’tu qouman yaqul...” Padahal jawabannya dihapal ama anak SD pun lima menit udah bisa. Tapi kenapa banyak yang gak bisa jawab. Kenapa dengan mereka? Padahal banyak diantara mereka yang dulu ngakunya muslim. Oh, ternyata mereka orang-orang munafik. Yang ngakunya muslim tapi kehidupan sehari-harinya gak Islami. Entah gak ibadah yang bener, entah syirik, entah gak berakhlak islam dll.
Islam itu bukan sekedar bicara indah. Bukan sekedar “saya yakin bahwa Allah itu Tuhanku dan Muhammad adalah Nabiku” tapi apa setelah itu? Itqon dan amal. Keyakinan dan amalan. Contoh lagi. Ketika kamu sakit kemudian dikasih obat sama dokter. Maka ada keyakinan di dalam diri kamu bahwa dengan minum obat adalah perantara dari Allah untuk menyembuhkan kita. Nah apakah cukup dengan keyakinan aja? Tanpa dengan minum obatnya? Ngaco!
Tapi sayang sejuta sayang, kita tuh sekarang jangankan mengamalkan ajaran Islam! Lha yakin aja udah gak ada! Kita tuh udah gak yakin bahwa ajaran Islam yang paling bener, yang paling ngerti, yang paling sempurna buat kita kerjakan buat bahagia dunia akhirat. Kita udah gak yakin Islam adalah way of life kita. Kita juga udah gak yakin Islamlah satu-satunya problem solver terbaik! Sayang.. kita udah gak yakin.
Padahal apa sih yang tidak kita yakini dari Azhar, misalnya, untuk bisa memberikan pendidikan Islam terbaik di seluruh dunia? Apa sih yang tidak kita yakini bahwa ortu kita adalah the best ortu in the world? Apakah sih yang tidak kita yakini akan cinta kita pada kekasih kita? Apa yang kita masih ragu sama buku-buku pengetahuan alam? Tapi wabil asaf kita malah gak yakin sama Tuhan kita. Yang telah memberi kita segala yang bisa kita nikmati sampai saat ini. Hik-hik..
Maka bisa saya bilang, sungguh keren sekali kita. Sungguh berani sekali kita. Padahal beranikah kita melawan ortu kita? Atau melawan lembaga yang udah ngasih kita beasiswa? Beranikah kita menolak permintaan kekasih kita untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya? Beranikah kita melawan tuan rumah kita disini? Tapi kita lebih berani sama Yang Maha Kuasa atas segala sesuatunya.
Pernah kebayang dimarahin ortu? Pernah dimarahin ama kekasih? Pernah dimarahin sama atasan? Pernah dibenci teman seklub? Pernah dihajar preman yang tidak kamu kasih uang saat diminta? Pernah disikati sama pengurus saat di pondok dulu? Pernah dimurkai sama Allah? Pernah liat Allah marah? Pernah liat azab orang-orang terdahulu? Pernah!?
Kok bisa sampai kita gak yakin sama ketentuan dan hukum Allah. Padahal kita selalu yakin dan patuh sama hukum manusia yang diciptakanNya! Kok bisa gak yakin sama kebenaran kitab Allah. Padahal kita sering yakin dan percaya sama buku-buku Huntington atau Harry Potter! Kenapa bisa gak yakin sama panggilan Allah kepada kita sebagai hambaNYa. Padahal kita selalu yakin dan gembira seribu persen saat kekasih kita bilang bahwa kita adalah pacarnya!
Kenapa? Kenapa bisa sejauh itu kita melewati batas hukum dan ketentuan Allah. Padahal “barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim” (Al Baqoroh 229).
Kenapa? Kenapa kita bisa menyamakan hukum Allah dengan hukum laennya. Padahal “Apakah Allah yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan apa-apa? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (An Nahl 17)
Kenapa? Kenapa kita berani menentang ajaranNya. Padahal, “Dan Dia menancapkan gunung2 di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan supaya kamu mendapat petunjuk.” (An Nahl 15)
Kenapa? Kenapa kita mendustakan kitabnya yang mulia. Padahal, “dan siapakah yang lebih zalim daripada yang telah diingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya kami akan memberikan balasan kepada orang-orang yang berdosa.” (As Sajdah 22)
Bahkan kenapa sampai kita menyekutukannya? Padahal “demikianlah karena sesungguhnya Allah, Dialah yang Hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah itulah yang batil. Dan sesungguhnya Allah Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Luqman 30)
Sudahlah capek, kita kembali aja ke Joko dan Sinta. Gimana mereka tadi ya? Oh ya, mereka itu kan berbeda. Beda banget. Namun perbedaan tubuh jenis, derajat dan kodrat itu tidak mempengaruhi mereka untuk mengejar cita-citanya.
Joko, walau hidup pas-pasan, selalu mencoba untuk belajar ke sekolah. Malah asyikkan Joko. Setiap ke sekolah dikendarainya mobil kerennya, John. Sambil kadang bersenandung dan menghapal qur’an, Joko berangkat sambil membaca buku pelajaran ke sekolah. Dia tidak malu, walau tak memakai sepatu apalagi baju yang baru. Cuma sandal putus sebelah talinya. Tapi itu tak mempengaruhi semangat langkahnya memasuki lorong kelasnya. Dadanya dibusungkan bukan karena karena sombong juga bukan karena busung lapar, tapi karena dia bangga sebagai seorang yang masih bisa makan kursi sekolah.
Sementara Sinta tak jauh dari itu, alias jauh sekali. Baju dan sepatunya memang selalu baru, tapi dia tetap tak sombong. Mobil yang mengantarnya memang keren lengkap dengan sopir pribadinya, tapi itu tak membuat dia lupa sama belajarnya. Sinta tetep baca bukunya di sepanjang jalan sambil mendengarkan kaset murottal (wow! Ada gak ya?) di WM keluaran Sony terbaru.
Tak ada bedanya dua orang itu. Tak ada. Kecuali menurut kasat mata manusia. Keduanya berbeda kasta, berbeda tingkat kemakmuran dunia. Namun isi hati keduanya sama. Sama-sama ingin tekun dan bersungguh-sungguh mengejar apa yang dicita-citakannya.
Kita bisa menjadi salah satu dari mereka. Bisa jadi kita adalah Joko, atau bisa jadi kita adalah Sinta. Tapi yang terpenting bukan wajah, bukan baju, bukan kendaraan, bukan sekolah kita dimana. Tapi siapa kita? Eit inget bukan siapa sebagai anak siapa, siapa namamu, apa julukanmu, atau bagaimana. Tapi siapa kamu sebenarnya? Siapa hatimu? Tak penting kamu itu di atas atau di bawah, tapi adalah penting adalah hati dan jiwa kamu di atas. Ya atas.. Yang paling atas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ULANGAN PAI KD I DEMOKRASI DALAM ISLAM SEMESTER GANJIL KELAS XII

SOAL HARI KIAMAT XI IPA