YA’JUZ LA YA’JUZ




Ya’juz gak sih bulettin ini ada di Cairo? Kata sebagian teman sih bilang, boleh aja. Ada yang juga nyemangatin, terusin aja! Ada juga yang gayanya kayak Desi Ratnasari, No Comment! Kayak apa aja ya, padahal Cuma nanya doank.
Tapi ada juga yang nyalahin kenapa kita ngasal aja pake kalimat dan tata bahasa yang gak bener. Malis aja ya. Soalnya bisanya cuma gini, tentunya secara normatif kita gak bisa kayak Teroboson atau Informatika. Tak sebanding, mereka tentunya lebih keren.
Dulu pernah ada yang kasih usul, “eh kok loe ngasal aja, mana gak pake EYD yang bener lagi!? Mending loe pake kata yang bener, tau gak kalo bahasa yang loe pake tuh ancur!!” Hihi.. Terang aja kita seneng, pikir kita bahasa kita ini bukan Cuma ancur, tapi ancur banget!
Tentunya kita emang gak enakan, Cuma kita punya barometer sendiri dalam ’how to get consumen?’ yang gak bisa disamain sama media laen. Katanya kan kita harus jeli ngadepin pasar. Pepatahnya, liatlah apa yang gak dilihat orang lain! Be Creatif, Bro!
Jadi kalo orang lain mengganggap kata sesuai dengan EYD adalah harga mati untuk sebuah media massa, kita buat beda. Kan ada yang bilang, beda itu biasa. Namun gak Cuma kita buat biasa doank! Kalo bisa, buatlah menjadi luar biasa!
Semuanya tentu aja, masih di dalam batas kemampuan kita sebagai penulis amatur. Amatur itu berarti amat-dan-tur, amat sendiri berarti melihat, mengawasi. Sedang tur itu Cuma akhiran yang kalo loe mau cuekin, ya cuekin aja. Lagian kalo Amat dibilangin, “Amat, Loe demen ngelan-tur gak?” dia pasti geleng-geleng kepala, menolak. Siapa sih yang mau dibilangin suka ngelantur?
So, artinya gini, kita ini pengamat. Keren kan? Tapi inget kalo loe tetep ngotot bahwa tur di atas masih punya arti yang gak bisa dikesampingkan begitu aja, loe bisa nambahin kalo kita tuh pengamat yang ngelantur. Karena kita-kita gak ada yang namanya Amat, maka kita nerima aja. Hehe.
Tapi tetep aja ada beberapa orang yang gak suka ama kita. Stt, orang cakep itu emang banyak yang iri lho, hihi... Katanya, “tetep aja walau loe berkilah macam-macam, bulettin loe itu merusak kemapanan bulettin dan media laen?” Kita tentu aja Cuma bisa garuk-garuk kepala, heran. Ah, masak sih sampe begitu dahsyatnya bulettin yang Cuma satu lembar ini?
Akhirnya kita bikin konferensi pers di Solah Kamil yang penontonnya membludak sampai masjid Husein (?) Pemred membuka acara dengan Basmallah lalu berkata dengan suara bassnya, “sodare-sodare yang solitaire, freecell dan pinball yang terhormat. Bukan maksud hati menyinggung, orang melayu berkata;
Selama hayat dikandung badan
Hanya kau seorang di dalam ingatan
Tak ada maksud merusak persaudaraan
Tidak terbayang dalam pikiran
Bulettin ini Cuma untuk gurauan.”
Jadi temen-temen media massa yang laen, jangan pernah takut tersaingi. Karena, kita gak bakalan bisa nyaingi. Kita punya pasar sendiri dan tak mungkin merusak pasarmu yang lain. Kau di sudut sana, aku di sudut sini. Kita bukan jodoh!”
Begitu kata sang pimred, tentu aja para kru Cuma geleng-geleng kaki, dapat kata-kata dari mana dia? Tapi walhasil itulah yang dapat kita sampaikan mewakili perasaan yang terdalam. Dus, masalahnya sekarang adalah boleh atau tidak bolehnya melakukan sesuatu, ya’juz aw la ya’juz sih?
Orang bersikap macam-macam dalam hal ini. Ada yang membolehkan seseorang itu melakukan apa saja yang dia mau, yang bagus kek, yang jelek kek, apa aja. Orang lain mengatakan, ndak bisa begitu. Orang tuh punya aturannya. Gak bisa semau udelnya sendiri, lagian udel kan gak boleh diperlihatkan sembarangan. Hiyy...
Yang lain lagi memilih pertengahan. Boleh aja atuh kalo dia melakukan apa yang dia mau, itu kan haknya dia. Asal saja dia musti mikir, apakah dengan dia melakukan sesuatu hal, orang lain terlanggar? Intinya mikir atuh! Gak semuanya boleh, ada hak ada kewajiban. Di satu sisi boleh untuk melakukan haknya secara bebas sampai pada batas orang lain di sana keganggu.
Kalo loe mau kentut misalnya, sah-sah aja mau dikeluarin kapan aja loe mau. Tapi musti mikir, di sebelah kanan-kiri loe ada orang apa kagak? Kentut sendiri hak loe untuk mengekspresikan gejolak jiwa loe saat itu yang meledak-ledak. Cuma masalahnya gak bisa dipukul rata, loe kentut langsung di sembarang tempat.
Caranya kalo emang begitu mendesak, sementara di kanan dan kiri loe ada orang lain, buatlah gerakan yang akan menimbulkan suara keras, misalnya bertepuk tangan atau berteriak. Sehingga kalo bom asapmu itu keluar gak bikin panik tetangga. Soal bau, yah mari dihirup sama-sama. Tentunya loe yang paling banyak lho!
Terus kalo ternyata tetangga keganggu akan baunya, yah loe musti bilang, loe pelakunya. Jangan malah bikin fitnah, ingat fitnah itu lebih kejam daripada pengentutan! Bilang aja, “suer itu kentut gue!! Masak loe-loe pada gak percaya sih?”
Nah di situ ada dua hal yang loe bisa lakuin; pertama, hak loe untuk buang hajat (inget ini saat terpaksa banget, kalo gak terpaksa banget. Loe bisa tahan dan keluar ruangan) bisa terlaksana dengan baik. Kedua, keinginan orang lain untuk menemukan siapa pelakunya dan siap menggebukinya bisa juga terjadi. Jadi ada sikap memberi dan menerima. Gitu lho!
Hari gini, masalah boleh apa enggak jadi rame dan selalu didiskusikan di mana-mana. Di Indonesia misalnya lagi rame tenang pornografi yang klimaknya-untuk saat ini-majalah Playboy. Boleh gak sih orang telanjang lalu ditonton orang? Atau boleh gak sih naruh photo bugil kita di majalah trus dibeli orang? Atau boleh gak sih goyang ngebor and ngecor?
Nah, MUI dan DPR mengatakan wah itu ndak boleh. Makanya nih kita dibuatin UU anti pornografi dan pornoaksi. Sekarang tahapannya baru RUU (Rancangan Undang-Undang) Cuma pasal sampai ayatnya udah jadi semua. Kemarin kita baca, banyak banget pasalnya. Semuanya berkenaan dengan pornografi dan pornoaksi. Seperti misalnya, tidak boleh mempertunjukan gerakan-gerakan erotis di muka umum.
Kita selaku muslim dan manusia melihat hal, RUU sebagai hal yang patut kita acungi jempol. Kenapa? Karena emang pornografi dan pornoaksi ini efeknya dahsyat banget untuk ngerusak bukan Cuma generasi muda seperti dibilang-bilang, tapi juga semua generasi. Inget ya kasus kakek memperkosa cucunya sendiri. Juga kasus anak SD yang ketahuan ML dengan suka-suka setelah menonton film BF yang entah ditemukan di mana. Sungguh dengan memberlakukan UU ini, bisa jadi satu patokan yang kuat bagi masyarakat Indonesia ttg moral bangsa.
Tapi lagi-lagi dengan dalih kebebasan berekspresi dan berbicara, RUU itu ditentang dengan ungkapan bahwa itu tidak manusiawi sama sekali. Bagi mereka akhirnya, menjadi manusiawi kalau kita ngebor di mana-mana dan orang berpakaian seenaknya di jalan seperti bule-bule. Bahkan sampai telanjang bulat seperti trend para artis sekarang, mulai Agnes Monica sampai Anjasmara.
Kita tentunya harus geleng-geleng kepala kalau kita bener-bener waras dan beriman. Bagaimana bisa dikatakan seorang kakek yang menggauli cucunya sebagai manusiawi karena si kakek menonton pilem BF yang sekarang malah diproduksi oleh anak-anak SMU? Manusiawikah seorang laki-laki menikah dengan laki-laki lainnya, bahkan dibuat pilemnya di malam pertama dengan dalih kebebasan berekspresi?
Kita udah ikutin banyak milis yang ada di Indonesia dan sekali lagi bahkan berkali-kali kita mengurut dada. Bagaimana temen-temen di milis bisa menolak RUU yang suatu saat bisa menolong mereka bahkan anak cucu mereka di suatu hari kelak? Bukan Cuma di dunia men, akhirat? Gak malah mengatakan kepada mereka (DPR) yang telah membuat RUU ini dan orang-orang yang mendukungnya sebagai orang sok alim, selalu mengatur bahkan Thaliban ke-2?
Makanya dalam hal ini, Ya’juz dan la Ya’juz perlu kita kaji lagi lebih dalam. Lebih penting lagi, pakailah hati nurani kita. Al Qur’an dan Sunnah menjelaskan pakaian laki-laki dan perempuan itu bagaimana. Bagaimana juga bergaul, bertindak dan bersikap. Tak perlulah lagi kita kasih tau ayatnya. Masalahnya sekarang adalah bukan ada atau tidak dalil dan aturan yang mengatur hal itu? Tapi masih adakah iman dan perasaan malu dalam hati kita?
Malu sendiri adalah bagian dari iman kita. Tidak dianggap beriman kalau kita tidak punya rasa malu. Telanjang di depan orang lain tentunya akan menimbulkan rasa malu. Apalagi kalau itu di depan orang banyak seperti saat dipilemkan. Ada produser, ada sutradara, ada tukang speaker, ada tukang rias dan yang terpenting ada malaikat Rokib atid di pundak dan Allah yang lebih dekat dengan tenggorokan kita?
Terus terang kita bingung, bagaimana ini? Kebaikan sudah dianggap sebagai keburukan, yang buruk dianggap baik. Rasulullah memang pernah bersabda begitu. Tapi inget, itu adalah tanda-tanda kiamat akan tiba? Benerkah? Ingat kan di hadist bahwa suatu saat, hari ini, perzinahan itu dihalalkan. Dulu para Shahabat RA gak percaya, lah kok bisa? Apa saat itu-saat ini-muslim gak banyak? Tentu gak kan? Saat ini muslim adalah agama paling besar kedua setelah kristen. Tapi how? Karena muslim hanya seperti buih di lautan, banyak tapi gak ada guna.
Buih di lautan hanya ngikut arus dan ombak. Ada ombak ke pantai ngikut, ombak kembali ke laut katut. Gak ada daya dan gak ada upaya untuk menghentikan ombak dan arus yang menyeretnya itu. Bahkan ketika beberapa buih sudah berusaha untuk menghentikan ombak yang ganas dengan beberapa aturan, malah ditentang oleh beberapa buih lainnya. Tentunya dengan banyak alasan, sudahlah kita ikut arus saja. Arus sudah mendidik kita untuk ikut mereka, walau mereka menghempaskan diri kita pada kerikil atau pada karang yang keras dan kita terpental. Biar saja, ini sudah ketentuan alam dan kita tak bisa merubah ketentuan alam.
Jadi kalau barat telanjang sembarangan, pemerkosan tiap beberapa menit sekali, aborsi, gay dan lesbian (bahkan dari negara Itali-ka’bahnya orang Kristen), incest (hubungan sedarah) dll, kita ikut aja. Di USA sendiri, belum ada aturan/UU tentang kemaksiatan dan kemoralan. Makanya, penyebaran VCD, Cds, perfilman/pemotretan xxx terjadi di tempat tertutup maupun terbuka begitu pesatnya bahkan dijadikan bisnis dan sumber devisa tersendiri. Di USA dan banyak negara Eropa, jumlah klub kaum Gay/Lesbian semakin berkembang, pemerintahnya sampai harus melegalkan perkawinan sesama jenis. Naudzubillah!!
Itukah hidup? Menuruti hawa nafsu belaka? Apa jadinya dunia ini nantinya? Kini banyak negara menyadari bahwa hal itu tak benar lalu menyusun aturan yang jelas untuk mengaturnya termasuk Indonesia. Dengan adanya UU anti pornografi dan pornoaksi, tentu diharapkan masyarakat Indonesia bisa kembali bersih dan manjadi bangsa Timur. Lebih jauh, diridhoi oleh Allah!


larilah sebelum kebalap!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ULANGAN PAI KD I DEMOKRASI DALAM ISLAM SEMESTER GANJIL KELAS XII

SOAL HARI KIAMAT XI IPA