SUDAH MEFET!

Sebenernya, kata ya­ng paling bener tuh ‘sudah me­pet’ (pake huruf p) tapi karena ane sedang teringat dg satu cerita yang lucu tentang orang sunda, ya ditulis begini. Jangan salah, bukan maksud menghina orang Sunda. Rugi, karena ane sendiri juga orang Sunda. Kan begini ceritanya, banyak orang bilang (pastinya bukan orang sunda!) kalo orang Sunda tuh gak bisa ngomong pake huruf f, karena lidahnya emang gak bisa begitu. Terang aja orang sunda gak terima dibilangin gitu. Langsung aja mereka bilang, “siapa bilang kalo orang Sunda agak bisa ngomong f, itu mah pitnah!” Hehe malah jadi tampak salahnya kan?
Tapi yang bisa diambil pelajaran dan patut diacungi jempol kaki temen adalah ke­gigihan orang Sunda untuk menolak streotip (p apa f sih?) orang kepada mereka. Mereka gak mau dibilangin sesuatu yang memang menjadi kelemahannya.
Karena yang nama­nya kele­mahan kan dimiliki setiap orang, setiap suku bahkan setiap bangsa. Baik bangsa bar-bar maupun bangsa bur-bur (kacang ijo). Tidak ada yang memiliki kesem­pur­na­an kecuali yang mencipta­kan ke­sem­pur­na­an itu sen­diri. Bener kan?
Kesem­purnaan sih se­­benernya ada. Karena ada berarti ada yang men­cip­tanya. Kalau sean­dai­­nya hal yang ada itu tidak dimiliki oleh yang juga diciptakan dari Pen­cipta yang sama tentu tidak jadi masalah. Karena ya sama-sama ciptaan. Wajarlah ya.
Terserah yang men­ciptakan kan? Mau dikura­ng­kan, dilemahkan, diapa­kan terserah! Tapi kalau sebuah kesem­pur­na­an te­lah ada dan tercipta maka tentu si Pencipta itu­lah yang berhak memiliki­nya. Kelemahan sendiri dimaui atau tidak, disukai atau tidak, akan selalu ada pada diri setiap individu dari kita. Dan kelemahan setiap orang tidak sama. Ada yang lemah dalam segi fisiknya, ada yang di segi Iqnya, ada yang dari segi emosinya, ada yang dari semua segi itu. Junun kali yee! Yang pasti jangan sampe lemah dari segi imannya deh.
Iman sih emang bisa turun dan naek. Gak bisa selalu konstan dan stabil terus setiap hari dan saatnya. Tapi selalu saja ada upaya untuk menstabilkannya. Stabilatornya itu bisa lewat ibadah wajib plus sunnah, lewat doa yang terhatur padaNya. Banyak jalannya deh!
Nah gitu juga sama kelemahan-kelemahan yang kita punya. Selalu ada upaya untuk merubahnya atau paling tidak mem­buatnya rada lebih kuat dari sebelumnya. Kalo ada pepatah bilang ‘banyak jalan menuju Roma buat nonton bola’ itu juga berlaku disini. Maksudnya kalau nonton bola gak perlu ke sana. Lewat parabola juga bisa. Coba liat; kalo kamu lemah dari fisik, kamu bisa dikit-dikit olahraga. Angkat besi atau kalo belum kuat ya angkat seng dulu aja. Jangan aneh lagi ketawa, kalo sengnya 20 kilo berat juga kan? Atau bisa lari-lari hayl Ashir-Hay Sabi’, SKJ (Senam Kebugaran Jasmani) dengan syarat harus mandi, renang gaya empek2 kapal selem, beladiri, maen bola, maen bulutangkis dll.
Kalo yang lemah iqnya? Kamu bisa belajar dengan lebih keras dari sebelumnya. Bisa dengan rajin membaca. Pastinya orang yang cerdas itu belum berarti pinter lho! Kok gitu? Ya, coba liat cerdas itu adalah: cara mengelola apa yang masuk pada otak&dirinya dengan cepat. Misalnya baru baca muqoror sebentar udah mudeng (paham) dan hapal. Sementara orang yang tidak cerdas kadang membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk mengelola data yang masuk ke otaknya untuk dia pahami secara utuh. Jadi butuh waktu yang lebih lama dari si cerdas.
So sebenernya untuk masalah ilmu pengetahuan, bagi yang tidak cerdas tidak perlu khawatir, karena dia hanya perlu belajar dan membaca lebih banyak dan lebih lama. Lebih capek sih, tapi hasilnya dia bisa lebih pintar dari si cerdas lho! Karena pada intinya, si cerdas cuma membutuhkan data yang masuk. Kalau saja data yang masuk padanya lebih sedikit berarti yang lain bisa lebih pinter dari dia.
Lemah emosinya gimana? Gam­pang, bisa ikutan program manajemen diri. Atau sekedar baca bukunya. Udah banyak banget bukunya, jadi gak susah2 lagi. Ane sarankan untuk membaca buku hadist Bukhori-Muslim aja. Kok? Ya di sana kita bisa dapet cara mengelola emosi diri dengan sangat baik sekali dari Rasululllah saw. Dari mulai cara mengelola marah, hawa nafsu, berhubungan dengan orang lain sampai mengelola diri saat jadi penguasa negara. Keren kan?
Inget kan sama hadist ketika ada seorang pemuda datang dan meminta sama Rasulullah nasehat. Rasulullah cuma bilang, “jangan marah” ketika diulang sampe 3x dapetnya juga cuma, “jangan marah”. Trus lagi ketika ada seorang pemuda minta izin untuk berzina, dengan bijaknya Rasulullah bersabda, “kamu mau hal itu berlaku pada diri ibumu, atau saudara perempuanmu, atau anak gadismu?” Tentu jawabnya tidak kan? Itulah manajemen emosi kita.
Tapi gak salah juga kamu baca buku Seven Habitnya Stephen Covey, atau buku-buku karangan Zig Ziglaar si ahli manajemen diri itu. Ilmu itu gak musti dapet dari orang muslim kok. Kecuali ilmu agama. Musti dapet dari ahli agama muslim beneran. Untuk penulis di Indonesia bisa baca ESQnya pak Ginandjar atau dengerin ceramahnya Aa’ Gym tentang manajemen qolbu. Mudah kan?
Udah ya. Kok udah? Maksudnya udah pembukaannya. Tadi itu di atas baru pembukaan lho! Yang intinya itu disini. Pertama; di perkataan orang Sunda tadi. Eh kok yang itu sih? Lha emang yang mana? Bentar, kita rapat lagi deh. Ssttt...sttt...suttt... Oh ya, sidang rapat memutuskan bahwa intinya tulisan ini tuh... Sudah Mefet!!
Itu mah judul! Lha emang intinya di judul kok. Maksudnya? Ya, kita kan mau nerangin tentang masalah yang ada di judul. Tapi intinya bisa bukan itu kan? Iya, tapi kan bisa itu juga intinya! (sori, rapat lagi ribut) Biasa rapat jaman sekarang, kalo gak ribut katanya kurang demokratis! Rapat jaman sekarang tuh harus rame, saling mengejek, saling menjatuhkan, saling merendahkan, saling otot-ototan supaya ketahuan mana pihak yang paling kuat untuk dijadikan pemenang. Karena suara akan ngikut si pemenang.
Jadi gini ya, apa intinya tadi? Sudah mefet! Yup. Sudah mefet. Karena sudah mefet ujian, kita tulis bulettin ini. Ya sambil kiss bye terakhir dari kami (ketemu lagi ba’da ujian ya!!). Juga minta doanya buat kesuksesan kita-kita semua. Ujian itu gak gampang, jadi kita musti punya sesuatu yang bikin kita ngerasa gampang ngerjain ujian. He2. Apa itu?
Ada resep jitu buat kamu yang suka kemefetan. Alias sks (sistem Kebut Semalem). Abis mau diapain lagi, pastinya ini bentar lagi ujian. Jadi ya emang harus sks . Gak ada cara lain. Lha wonk berapa bulan ke belakang kita gak pernah baca dan pegang muqoror kok. Kadang megang buku aja ogah & malu. Hayo ngaku? Jadi kan cuma ini saatnya. Kalo udah deket ujian baru belajar, namanya apa coba kalo bukan belajar sistem sks?
Emang sih bukan cuma semalem aja. Kita masih ada kesempatan beberapa malam mulai sekarang. Kalo sehari semalem itu ada 24 jam, paling tidak bisa kita pakai untuk belajar 16 jamnya. Kalo ke depan ujian sepuluh hari lagi berarti 16x10=...perlu rapat lagi nggak? Udah dibikin pelling (felling?) aja hasil­nya=160. Kita juga sering pake felling pas ujian kan? Nah 160 itu setara dengan apa coba? Itu kan setara dengan minhah kita di Azhar! Bahkan lebih banyak sedikit. Sekitar 163 LE gitu deh. Itu kalo gak dipotong Buuts dan kalo pas rosib lho! Makanya jangan ke buuts dan rosib deh kalo masih mau dapet 160 itu. Hehe.. Kalo mau tahu, walau ane tuh ngakunya ke orang Indonesia kuliah di universitas ter­keren Azhar, ane tuh jarang ke kuliah. Yah, kalo lagi cari tahdid dan deket ujian sih baru rajin. Itu aja sering karena kepaksa ada urusan ijroat2 yang bikin pusing kepala dan habis tenaga. Walau males, ane selalu suka kalo lagi kuliah (pas masuk atau cuma ngurus ijroat) karena selalu saja di setiap kedatangan ke kuliah, ane dapet hal yang menakjubkan untuk dijadikan pelajaran.
Seperti siang tadi misalnya (ini cuma misal lho. Bisa bener bisa nggak), seorang teman Mesir yang jarang kulihat di kelasku mengacungkan jarinya. Gak ada salahnya sih ngacungin jari saat kelas berlangsung. Asal jangan jari tengah aja. Nah yang bikin dia keren adalah, dia buta! Tapi dari gaya bicara dan buku serta peng­etahuan yang ia miliki se­hingga mem­buat pertanyaannya jadi berbobot mem­buat­ku berpikir keras, tapi bagaimana mung­kin? Membaca saja sulit (jadi ikut iklan polio deh!)
Ketika itu, dia mau menyanggah pendapat sang duktur sambil bilang bahwa menurut buku-buku sejarah yang pernah ia baca, mengatakan tidak seperti yang duktur baru saja terang­kan. Ane kembali berpikir keras dari­mana dia dapat pengetahuan sebanyak itu. Dia kan buta? Sedang aku saja dengan mata waras seratus persen tanpa pakai kacamata minus, tak tahu dan tak paham apa yang dia dan duktur katakan. Aku yang salah atau teman butaku itu yang benar? Sama aja yee...
Secara fasilitas, keadaan dia sangat mefet. Matanya tak sehat, kuliah harus diantar teman, dan membaca harus dibacakan. Karena mana ada buku turost yang sudah disajikan pake huruf braile? Tapi ternyata di tengah-tengah kemefetan itu, dia jauh lebih hebat dari ane yang sehat walafiat dan kuat jasmani rohani. Jadi sebenarnya mefet itu biasa dan gak bisa dianggap sebagai halangan berat. Yang gak biasa adalah bagaimana kita menyiasatinya. sehingga kemefetan seperti apapun menjadi tak masalah bahkan menjadi keutamaan.
Seorang yang terdesak karena sedang ditodong penjahat yang meng­ancam jiwanya, kadang bisa meng­e­luarkan jurus-jurus aneh yang sangat ampuh dan berbahaya. Seorang penyair yang dihukum penjara malah bisa menulis syair-syair yang indahnya luar biasa. Seorang pelajar yang sudah difefet waktu untuk ujian sering punya cara yang keren untuk ujian dan bisa najah!
Yang perlu diinget sekarang adalah; 1. Waktu ujian udah mefet (brp hari coba?)
2. Keuangan ortu sudah mefet karena banyak sekali masalah di Indonesia. Kamu harus tahu dan ngerti bahwa mencari uang di Indonesia tak mudah. Segalanya juga sedang mahal. Jadi harus berpikir bahwa biaya yang sudah dikeluarin setahun ini jangan dilipatgandain lagi setahun ke depan.
3. Usia kita mefet. Kita sih masih muda. Tapi kemudaan kita ini tak akan bertahan lama. Kita toh bukan cuma ngejer pengen S1 aja kan? Masih punya banyak cita-cita kan? Ada S2-S3, pekerjaan, keluarga dll.
Dul, semua butuh kerja keras kita semua. Jangan kira hidup itu mudah, walau memang bisa dibikin mudah. Pastinya kelemahan yang kita punya, kemefetan yang kita alami selalu ada jalan keluarnya. So jangan pernah putus asa ya... Dagh!

larilah sebelum kebalap!

Komentar

yokka mengatakan…
Salaam'alaikum ww, tulisannya keren euy... santai tp ada pesan2x moral yg disampaikan + bisa bikin smile2x jg. Sayangnya byk bhs2x & lokasi2x yg ditulis malah bikin bingung...kalo gak keberatan siy dikasih keterangan dikit, mis.rosib (gak lulus), ijroat (urusan administrasi), Suq Sayaroh (tempat jual beli mobil) etc, untung nya disini ada temen Lc. jd gampang nanya tp buat yg 'gelap' Arabic kan kesian lo akan bingung bacanya...tu gmn gak kurang baek memperhatikan pembaca2x yg laen :) segini dulu ... Wassalamu'alaikum ww
thanks ya, ane perhatiin deh.

Postingan populer dari blog ini

ULANGAN PAI KD I DEMOKRASI DALAM ISLAM SEMESTER GANJIL KELAS XII

SOAL HARI KIAMAT XI IPA