Serial Anak Tampang Bego1

Siang di rumah penuh keributan.
Telepon berdering.
"Yang kalah angkat telepon!"
"Sapa?" Anak tampang bego melirik kesana-kemari.
"Ya elu!! Masih nanya lagi? Bloon dimakan sendiri..."
Maka seseorang yang wajahnya penuh dengan arang dan rambut penuh jepitan bergegas lari mengangkat gagang telepon.
"Halo, ya bener, ini emang telpon, kalo yang itu penggaris, lu mau yang mana? Si Amin? Bentar ya.."
"Sapa tuuhh??" Koor anak-anak yang masih pada asyik melingkar dengan kartu remi dalam genggaman.
"Miin.. telepon! Indonesiaaa... cewek!" Anak tampang bego teriak.
"Pacarnya nie.." Sembur anak-anak, melihat Amin berlari kencang kayak dikejar setan yang matinya pas lari-lari pagi.
"Duh segitunya..." Koor lagi. Anak tampang bego melongo, "emang kalo pacarnya kenapa?"
"Ngomong ama orang bego suseh! Susah nyambungnya!" Kata Andi sobat kental Amin.
"Loadingnya lama..." Sahut yang laen.
"Loading? Emang Gue komputer, Gue kan mesin tik."
Tergagap Amin mengangkat suara.
"Ya, Sayang.. ada apa? Kok mendadak banget nelponnya..."
“Telah habis waktuku menunggumu...”
Jantung Amin seakan berhenti berdegup. Ada apa nih?
“Lalu kau mau apa?” Suara pacarnya berat, ini pasti serius! Minah, pacarnya, jarang kena flu. Suaranya juga alus, mirip motor baru ganti knalpot.
“Tentu, meninggalkanmu..”
"Horee!!" Anak-anak bersorak. Emang suara telpon rumah itu bisa didengar seluruh penghuni bumi. Kadang malah sampe planet tetangga.
"Amin diputus!"
“Kenapa?” Kata Amin sambil mencopoti jepitan pakaian yang menggurita di rambutnya, biar otaknya rada lega berpikir.
“Aku tak bisa lagi menunggumu dalam waktu yang tak menentu.” Berat lagi. Tenggorokannya kena kangker seberat 3 kilo kali.
“Tentu! Aku akan kembali padamu!” Serang Amin tak kuasa. Minah pacar satu-satunya di Indonesia dengan perjuangan se-tak dapat dibayangkan deh-!
Jadi inget pas dulu, rela-relain berkorban apa aja demi si Minah. Sampe-sampe kopiah bututnya digadaiin ke pedagang bakso pas mau nraktir tapi gak punya uang.“Kembali? Kapan! Kau selalu mengatakan hal itu. Tapi kapan kau kembali, kau selalu tak memberi waktu yang pasti untukku!” Minah marah, pasti, air liurnya sampai kemari. Pikir Amin, rambutnya pasti udah pada berdiri. Khas Minah kalau lagi marah. Tapi seharusnya yang marah itu Amin, bukan Minah.
“Rupanya kau bukan tipe yang setia!” Semprot Amin sok kuasa. Pikirnya, aku kan laki-laki, terserah aku kapan mau kembali.
“Aku memang bukan tipe orang yang suka menunggu hal yang tak pasti!” Balas Minah tak mau kalah.
“Aku pasti pulang!”
“Ya, kapan?! Kau tak jelas!"
“Aku jelas pulang! Tak mungkin aku selamanya di sini.”
Teman-teman Amin berbisik-bisik, "berantem nih yee..."
Amin tak pedulikan mereka, Minah masih terus bicara, “aku tak sanggup lagi menunggumu, sementara kuliahmu tak jelas dan berlika-liku.”
“Sebentar lagi, Sayang,” sambil terus mengerutu sama si penjepit yang tidak mau lepas-lepas dari rambutnya yang kriwil.
“Apa lagi yang bisa aku katakan kepada orang tuaku untuk menunda pernikahanku.”
“Kenapa?” Sahut Amin."Bilang aja apa saja.."
“Aku hampir kepala tiga, Mas!”
“Apa salahnya kau kepala tiga atau kepala empat! Aku tetap akan mencintaimu.”
Anak tampang bego tambah melongo, "pacarnya Amin monster ya, kok kepalanya banyak banget?"
Dia pun bengkak dengan sukses dipukuli anak serumah.
“Bukan hanya kau saja yang layak mencintaiku, Mas. Orang tuaku juga layak. Mereka tak ingin aku menderita.”
“Menderita bagaimana?”
“Kau tak tahu, sebab kau bukan wanita.” Amin garuk-garuk kepala, rasa gatal bekas penjepit masih kerasa.
“Memang harus menjadi wanita untuk mengetahui apa yang menjadi penderitaanmu?” Mana Amin mau jadi waria. Ogah. Ngeliat aja udah bikin ngiler, eh muntah.
“Orang tuaku tidak akan begitu tega melihatku membujang sampai sekarang.”
Serumah langsung nyanyi, "bujangan..oh-oh, bujangan.."
“Orang tuaku juga ingin mendapat cucu dariku sebelum mereka mangkat.”
“So?” Maunya si Amin sih gini, "so apa loe bisa beranak?" Kan sapa tau kagak bisa. Tapi dia malu, pan kuliahnya di Azhar, tidak boleh bicara kotor.
"Soto ayam kali..." Teriak anak-anak bareng. Mereka keliatan hepi banget melihat Amin ribut ama pacarnya. Soalnya biasanya Amin yang sirik banget sama hubungan-hubungan mereka. Dikit-dikit bilangnya, "bertaqwalah kepada Allah, Akhi.. jodoh itu di tangan Tuhan."
“Tahukah kau, Mas. Betapa berat menyaksikan harapan mereka yang begitu besar padaku namun tak mampu aku lakukan, padahal aku mampu dan sanggup untuk itu.” Minah kayaknya abis minum obat buat mencernakan isi mulut. Jadi yang keluar banyak banget.
“Itu kan hanya tunggu waktu saja, Nah. Mengertilah sedikit padaku!” Maunya sih banyak mengertinya, tapi biar ada gengsi gitu.
“Apa lagi yang aku kurang mengerti padamu, Mas! Aku sudah cukup mengerti untuk menunggumu selama sepuluh tahun ini!” Karena Ngomel Minah terlihat makin ganas, Amin baru nyadar. Dia emang udah menyuruh Minah menunggu lama. Dulu niatnya cuma 4 tahun aja. Siapa yang tahu kalo para dosen masih seneng banget ama dia. Tiap tahun tidak lulus-lulus juga.
“Tapi kan, kau dulu janji padaku untuk menungguku lulus kuliah ini?” Elaknya, bukan Amin kalau tidak bisa mengelak. Maklum, mantan juara karate tingkat SD.
“Mas, juga janji kan cuma mau kulah sampe 4 taon aja. Tapi mana Mas? Mana empat tahun itu?!”
“Ahhh.. kau selalu menuntutku!”
Anak tampang bego mendehem, "emang Amin punya buntut?" Rupanya bengkak kena pukulan teman-temannya nutupin lubang telinganya.
“Mas juga selalu menuntutku untuk selalu setia menunggu Mas, tanpa pernah memberikan pilihan padaku sama sekali.”
“Apa yang Minah inginkan padaku sebenarnya?” Tanya Amin sambil memberi kode ke Andi untuk menyingkirkan si anak tampang bego ke toilet untuk sementara.
“Aku hanya menginginkan kepastian Mas, aku tak kuat lagi menunggu.” Andi dan temen-temen nangkap si anak tampang bego.
“Kan sudah aku pastikan, aku harus lulus dulu.” Anak tampang bego berlarian tak karuan, mirip anak ayam mau dipaksa nikah.
“Kau egois Mas, baiknya kau berikan aku pilihan!” Ketangkep juga tuh anak bego!
“Pilihan bagaimana yang kau mau?”
Anak tampang bego berontak, walau kaki dan tangannya udah dipegang rame-rame, badannya masih aja gak bisa diam. Badannya bergerak kesana-kemari. Sambil pantatnya terus saja mengeluarkan bau yang tak sedap. Anak-anak akhirnya sudi mengalah, membiarkannya ikut serta juga mendengarkan perseteruan Amin dengan pacarnya. Malah dia kasih ide yang macem-macem.
“Berikan aku pilihan untuk bisa terus menunggumu atau mencari pria lain.”
“Tak akan… tak akan! Kau mau mematahkan hatiku...” Amin tambah bingung melihat anak tampang bego tidak juga masuk ke toilet, malah membisiki telinga teman-temannya. Pasti bakal tambah kacau.
Anak-anak rumah tambah rame. Mereka bahkan udah ngumpulin uang buat tasyakuran kalau si Amin jadi putus. Itu ide si anak tampang bego.
"Bisa juga lo kasih ide brilian kayak gini. Ayo semua, kumpulin duitnya... kita syukurin gede-gedean."
Minah trus nyerocos, “Hatiku sendiri sudah patah dari dulu, Mas. Aku berkali-kali menolak lamaran orang cuma karena mengharap Mas seorang yang sudah berjanji padaku.”
“Ini kan janji!”
“Janji tak perlu menyakiti, Mas. Kalau Mas tak bisa memberikan pilihan, maka biar aku yang berikan pilihan pada Mas.”
“Ok, deal. Pilihan macam mana yang kau mau berikan padaku?” Amin udah bingung sekali. Pikirannya udah sampai jalan buntu sementara di belakangnya ada anjing galak mau nerkam.
“Nikahi aku minggu depan. Atau aku akan menikah dengan seseorang yang lain di hari yang sama.”
“Kau memaksaku, Kau menodongku!” Tergelagap, Amin teriak! Ini gila!
“Sudah habis perkara Mas, selamat berpikir, Aku menunggu…”
“Hei..hei.. tunggu sebentar!”
Tut..tut…tut.. Amin ambruk dengan sukses. Untung saat itu ada kucing-bego juga-yang menopangnya. Jadi jatuhnya gak sakit-sakit amat. Sementara teman-temannya udah kehabisan tenaga buat ngakak dari tadi. Kayaknya uang tasyakurannya bakal ditambah.
Anak tampang bego mendekati Amin. Dilihat dari tampangnya, dia kayaknya prihatin kasihan banget sama Amin.
"Jadi lu mau nikah ya? Selamet deh Gue, gak sekamar lagi ama elu!" Tangannya ngajak pelukan. Amin tambah ambruk. larilah sebelum kebalap!

Komentar

Anonim mengatakan…
I have been looking for sites like this for a long time. Thank you! »
Anonim mengatakan…
Keep up the good work Jansport hooded jacket

Postingan populer dari blog ini

ULANGAN PAI KD I DEMOKRASI DALAM ISLAM SEMESTER GANJIL KELAS XII

SOAL HARI KIAMAT XI IPA