Alim Tampang Culun


Bulettin Fatawa Batam
edisi 6


Setelah ada novel dan film Ayat-Ayat Cinta, banyak gadis yang mengidolakan Fahri sebagai lelaki idaman. Sesosok pria tampan nan rupawan dengan akhlak yang baik dan penampilan yang menarik. Fahri dielu-elukan dan dimimpi-mimpikan untuk menjadi suami-suami mereka. itulah, sang alim idaman para gadis.

Ngomong-ngomong tentang alim tentu akan sangat sulit. Karena ini adalah masalah yang bersifat abstrak! Alias kagak bisa dinilai secara kasat mata telanjang saja. Sebagai manusia, kita hanya diberi ilmu minim dari yang di Atas. Apalagi untuk menilai ke¬spritualan seorang hamba, gak mungkin deh kayaknya!

Ada kisah dari para Sahabat, saat berkumpul bersama dengan Rasulullah SAW. Ketika itu ada seseorang lewat di depan mereka, Nabi pun bersabda “Bagaimanakah orang itu menurut kalian?” Para sahabat berkata, “orang itu orang yang beruntung” karena pakaian yang dikenakannya saat itu memang menunjukkan keberuntungan. Kemudian tak lama lewat orang lain yang berpakaian lusuh, Rasulullah SAW pun bertanya serupa. Para Sahabat berkata, “dia bukan orang yang beruntung.” Namun Nabi SAW diakhir cerita menjelaskan bahwa apa yang dikatakan para Sahabat salah, dan berbalik. Itu contoh para Sahabat apalagi kita.

Kalau pun kita bisa melihat, kealiman seseorang hanya lihat dari bias luaran. Tapi dari pembicaraan ini, kita bisa mencari solusi-solusi yang meng¬arah kepada kesolehan, adapun hasilnya hanya Allah yang tahu.

Pertanyaannya sekarang adalah kenapa cowok alim (sufi) atau taat, ke¬liatan gak menarik (menarik di mata wanita pastinya) why? What’s up! Sering sih memang kita liat cowok alim pake pakaian sembarangan. Acuh aja, cuek abis. Gak tau kalo warna bajunya gak cocok ama warna celananya, pake peci miring, celana terlalu ditarik ke atas dll. (disini kita gak mau bilang alim apa nggak lho!)

Tapi di atas kertas, cowok alim emang terlihat cuek bebei ama penam¬pil¬an¬nya dengan alasan (menurut mereka lho!) pakaian gak bakalan diliat ama Allah. Sepintas sih emang keliatan bakal nyimpang ama hadist yang artiannya, Innallaha jamilun yuhibbul jamal. Allah tuh indah, suka keindahan dan tentu aja keindahan disini termasuk kerapian dan kata sejenisnya.

Tapi bagi bagi orang alim, (masing-masing dari kita pasti beda persepsi dengan kata orang alim), pertama; keindahan itu bukan diliat ama pakaian yang dikenakan atau gaya yang menyakinkan. Mereka lebih selalu melihat apa yang disodorkan ama hatinya. Baju itu cuma hiasan keduniaan yang ntar juga ditinggalkan, dilepaskan dan dicampakkan. Tapi hati dan jeroan laennya yang bakal dibawa ampe mati dan dipertanggungjawabkan. Maka mereka bakal berusaha mati-matian memperindah daleman daripada luaran. Biar deh walau gak dilirik cewek, tapi Allah SWT selalu menatap dan dekat. Ceile! Intinya mereka juga gak mau pakaian dunianya lebih baik daripada pakaian akhiratnya.

Alasan yang Kedua; mereka gak mau pakaian yang bagus bikin mereka sombong, atau bikin mereka jadi cinta dunia, atau bakal dilirik dunia (wanita dst). Bahkan mereka selalu berdoa seperti doa Nabi Yusuf AS, "Wahai Tuhanku, Penjara lebih baik bagiku daripada memenuhi godaan mereka." (12:33)

Ketiga; mereka takut kalau-kalau pakaian bakal lebih dilihat oleh manusia ketimbang manusianya itu sendiri. Padahal pepatah arab berkata ‘la tandur ila aswabin ala ahadin fandur ila adabi’. Kita dituntut untuk tidak melihat seseorang berdasar baju apa yang dipakai, tapi pada adab dan akhlaknya.

Keempat; Mereka takut bakal sibuk milih baju yang mana hari ini, ketimbang amalan apa yang akan dilakukan hari ini. Jadi mereka berpakaian seperlu dan seadanya saja.

Kelima; kadang memang mereka sukanya sederhana dan yang simpel-simpel aja. Yang penting pake baju, nutup aurat, parfum secukupnya, bersih dari hadast dan najis. Jadi walau jadi tak sedap dipandang mata tidaklah mengapa. Pikir mereka, “wonk kadang mata itu suka menipu kok!” Kadang apa yang dilihat mata baik ternyata tidak. Cuek aja lagi.

Keenam; mereka emang kurang duit untuk beli pakaian indah atau bahkan untuk sekedar beli sabun cuci, sehingga jarang nyuci.

Ketujuh; mereka nggak pernah jalan-jalan ke Mall. Banyak mudhorot dan bahayanya. Akan terjadi fitnah kalo ntar melihat yang tidak-tidak. Jadi nggak pernah tahu model dan trend terkini. Paling belinya di pasar biasa, atau malah ngejahitin sendiri.
Kedelapan; ada temen (kelihatannya sih alim) yang bilang pas ditanya kenapa kok celana ama sarung¬nya selalu ditarik ke atas ampe mata kaki.

Tau alasannya;
1. Ada dalilnya (hadist Nabi)
2. Ada unsur kesehatannya (pakaian ketat mempengaruhi kesehatan kelamin-katanya bisa bikin mandul)
3. Ingin lebih menikmati alam (angin bisa bebas keluar masuk dari bawah, seger bo!)
4. Pacar gak marah! (bahkan seneng, kan jadi keliatan macho) Soalnya bulu kakinya keliatan. Yang terakhir itu becanda.. Hehe...

Mereka pada Intinya, menggunakan kenik¬matan dunia ini sewajarnya saja, karena Allah sudah mewanti-wanti agar tidak boleh berlebih-lebihan. “La tusrifu, Inna¬llaha la yuhibbul musrifin.” Yang artinya janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebihan (boros). Mereka ingin meletakkan dunia di tangan kita, bukan di hati kita. Tul nggak?

Tapi sekarang banyak cewek yang pengen cowok alim, tapi nggak juga melupakan kenecisan. Dicari "sufi eksekutif" bagus luar dalam, mungkin akan jadi iklan yang tertempel di dinding seluruh penjuru dunia, kalo misal¬nya cewek di¬bolehkan menulis apa kata hatinya tentang calon suaminya.

Memang sepintas ada benernya juga, bukankah lebih baik kalo orang alim itu selain dalemannya bagus, luarnya juga bagus. Bukankah itu akan menambah nilai plus buat orang itu. “Masa sih memilih pakaian saja bakal ngurangin waktu ibadah? Itu sih ga masuk akal!” Begitu teriak cewek-cewek.

Coba lihat, burung merak menarik perhatian pasangannya dengan berjalan-jalan penuh keanggunan, bulu-bulu ekornya dikembangkan penuh keindahan. Burung Nuri berkicau dengan indahnya tuk menarik perhatian sang idaman. Rusa bertengkar dengan sesama menunjukkan kekuatan tanduknya di depan sang betina. Adakah yang salah dari mereka? Lalu, bagaimana dengan manusia?

Orang yang beragama menarik lawan jenis dengan kealimannya. Penyanyi nasyid dengan lantunan suaranya yang merdu dan isi syairnya yang mempesona. Olahragawan dengan bodinya yang macho dan prestasinya yang membanggakan. Sementara itu, sebagian orang dengan kebijaksanaannya dan sifat kebapakannya. Adakah yang salah dengan mereka?

Haruskah mereka dibatasi cara tertentu tuk menarik perhatian lawan jenisnya?
Kalau kita mau mengamati, ternyata riya (pamer diri) dalam al-Qur'an dikaitkan dan justru ditekankan terhadap ritual ibadah mahdzoh seperti sholat, puasa, zakat dsb. Jadi ga boleh riya dalam ibadah. Dalam shalat ga boleh buat bangga-banggan, kalo naek haji bukan untuk dipanggil ‘pak haji’, dll. Adapun yang berkaitan dengan dunia, alangkah indahnya jika dikaitkan dengan sabda Nabi, bahwa segala amal tergantung niatnya. Atau “Antum A’lamu biumuri dunyakum,” Kalian lebih mengetahui kehidupan duniamu.

Dan Allah SWT, sudah menegaskan “katakanlah: Siapakah yang telah meng¬haramkan perhiasan dari Allah dan rezeki yang baik-baik yang telah dikeluarkan (diperuntukkan) untuk hamba-hambanya? (7:32) “dan diberinya kamu rezeki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur” (8:26).

Oleh karena itu, Islam tidak pernah membunuh fitrah (naluri) manusia. Islam, merupakan poros tengah (wasath) dari mains¬tream dua ajaran agama samawi lain¬nya, Yahudi dan Nasrani.

Biarkanlah secara alami selama tidak merugikan orang lain. Kenapa sebagian golongan ngomong, “buat apa kita berkeren-keren kalo cuma buat pameran tanpa isi? Atau dengan alasan takut riya?” Kenapa dia gak bertanya, “takutkah aku dengan kealimanku bila ternyata juga bertujuan mencari perhatian?” Kita semua memang tidak akan pernah tahu apa yang ada di benak dan pikiran orang lain, tapi kita lebih tahu apa yang di dalam kita.

Ibadah sendiri bukan cuma dengan tawadu’, berbanyak sholat, zakat, haji berkali-kali serta beralim-aliman. Berbenah diri, mengaca, bersisir, tersenyum bukankah bisa jadi ibadah juga? Maka semua kembali kepada niat, tak perlu diperdebatkan. Karena niat hanya per¬sonal dan Allah SWT yang tahu.

Sebenernya, bisa aja orang alim bagus luar dalem dan bener dia akan tambah nilai plus darinya. Tapi manusia itu dibagi dua macem. Pesolek dunia ama pesolek akhirat. Kadang bisa memadukan kedua hal ini. Tapi akan sangat sulit dan membutuhkan perjuangan yang sangat kuat dan berat. Seperti seorang pemain sepak bola, dia mungkin bisa menjadi seorang penyerang sekaligus penjaga gawang. Tapi hal itu akan sangat sulit dilakoni. Maka banyak orang yang lebih profesional dalam bidangnya masing-masing. Biarlah yang alim kagak keliatan necis (makanya sering dibilang "belum pernah liat tuh orang alim tampangnnya keren!") Yah karena emang dari sononye gitu. Sulit mencari perpaduan 2 hal itu.

Kedua, bila tanpa kekurangan, orang alim yang keren luar dalem akan keliatan perfect banget. Dan ini akan berakibat berbahaya bagi dirinya dan para wanita. Kalo Rasulullah SAW bersabda wanita itu adalah fitnah bagi pria, apalagi wanita yang cantik, kayanya (red), bukankah itu juga sama seratus persen bahwa pria itu juga fitnah bagi wanita, apalagi pria cakep dan kaya.

Nah, tapi di sini laen barometernya. Kesukaan (maaf kita mo bilang gimana ya..) wanita itu kadang nggak terlalu memperdulikan cowok itu cakepnya luar¬biasa, atau cakepnya naudzubillah. Emang sih gak bisa dipukul rata, tapi that's fact! Banyak pernikahan yang kita liat gak cocok banget kalo diliat dari kacamata hasrat manusia. Wanita cantik kan kudunya ama pria ganteng. Tapi yang banyak terjadi sekarang adalah pernikahan Dewi Sinta sama Hanoman, misalnya.

Cewek juga biasanya lebih melihat ke akhlak, sopan-santun, kedewasaan, kebapakan, agama atau segala macam yang bukan penampilan fisik. Tapi skill inside. Ini akan banyak kita dapeti di mana-mana. (ada pengecualian juga sih!)

So lalu bagaimana kalo misalnya ade cowok udah bagus dalemannya bagus juga luarnya! Kan bahaya banget tuh. Gini kan ibaratnya, kata orang alim : "udah deh kita mah gini-gini aja, diterima syukur gak diterima kabur (hehe)" "walau kita gak dapet di dunia, kita insya Allah entar dapet di akhirat, Men!" sementara orang Necis luaran aja akan melihat dari sudut yang berbeda, kata orang keren bin necis, "Sayang, liatlah pada baju dan penampilanku, kau akan lengket padaku." Kurang lebih gitu..
Makanya cowok keren luaran thok akan selalu bilang ma kekasihnya, "Kaulah satunya-satunya untukku, selama-lamanya, percayalah padaku sayang!" Bener, karena dia gak bakalan ngarepin dapet bidadari di surga. Karena dalam hati semua orang pasti sudah ada penilaian terhadap dirinya sendiri. Cocok tidak dia mendapat balasan yang baik atau malah balasan yang buruk?

Mencontoh Nabi Muhammad SAW
Anggaplah pakaian dan dunia itu sebagai cobaan yang harus kita hadapi, bukan untuk ditinggalkan. Ingat kan kunci menyelesaikan masalah. Setiap muncul masalah itu harus dihadapi, tidak bisa melarikan diri tapi diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Kita tetap harus memakai pakaian, bukan mewah, tapi mencoba digunakan sewajarnya.

Rasulullah SAW sendiri, nggak pernah nampak culun walaupun berjuluk Imamul Muttaqin. Rasulullah SAW, nggak nampak lusuh dan degil, walaupun berjuluk abul fuqoro. Beliau kemana-mana bawa sisir, karena beliau suka kerapian. Rasulullah SAW, paling suka didatangi Jibril As yang menyerupai Dahya, pemuda tampan, bersih dan necis, karena beliau menyukai ke¬indahan dan kebersihan.

Bahkan beliau selalu mewanti-wanti bagi para suami untuk selalu berpenampilan menarik saat menghadapi istri. Begitu juga sebaliknya. Karena itu akan lebih memperkuat cinta diantara keduanya. Tapi Rasul SAW ndak pernah seperti artis ibu kota, gara-gara jerawat satu, semua salon didatangi, mengurung diri dalam kamar, berkeluh kesah, dan dunia serasa kiamat! Malah mungkin akan berkata, “dunia belum berakhir!”

Rasul SAW juga nggak pernah berpatut-patut ria didepan cermin terlalu lama. Apalagi, sampai ketinggalan bis ke kuliah. Atau, ketinggalan diskusi gara-gara bersolek. (eh iya, belum ada bis)

Nah di sinilah peran seorang istri bisa sangat berguna. Misalkan aja kamu (cewek) dapetnya ama alim minus penampilan. Saat itu cobalah kamu rubah, atau paling tidak mencoba menasehatinya dengan kata yang baik dan gaya yang mesra. Misal, “Mas, coba deh pake jas ini, pasti tambah cakep deh Mas.”

Kalo dia belum mau, pake dalil. “Mas, Rasulullah SAW pernah bersabda lho, Allah itu ndak ngeliat ke baju dan pakaian, tapi “Attaqwa, ha huna (tunjuk ke hati) 3 kali.” Ntar kalo si suami bilang, “justru itu ane gak mau pake baju bagus-bagus!” Jangan patah semangat dulu, pake jurus terakhir (jurus paling maut). “Mas sayang, kalau Mas mau pake jas ini, Mas akan merasakan malam ini begitu indah dan panjang.” Pasti dia langsung berubah pikiran, “bener nih?”

Sekali lagi, manusia diciptakan untuk beribadah pada-Nya. Mencontoh Nabi dan para Sahabat adalah salah satu ibadah kita. Kalau ternyata Nabi SAW yang taqwanya minta ampun itu berpakaian baik, kenapa tidak kita ikuti? Kecuali kalau kamu emang sangat yakin, pakaian kamu akan menentukan gerak langkah ibadah kamu yang lain. Berarti kamu butuh pilihan. Dan... Kamu tahu itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ULANGAN PAI KD I DEMOKRASI DALAM ISLAM SEMESTER GANJIL KELAS XII

SOAL HARI KIAMAT XI IPA